Night Diamond Slide Glow

Rabu, 24 Februari 2016

Turki Kehilangan Momentum, Rusia Ubah Sejarah Perang Suriah


Ada dua pertanyaan yang tidak diketahui seberapa besar gangguan hubungan antara Turki dan Rusia menyusul penyergapan Su-24 Rusia oleh F-16 Turki di perbatasan Suriah. Yang pertama adalah apakah peristiwa itu  memang diskenario oleh kepemimpinan Turki untuk menjadi dasar dari konfrontasi melawan Rusia. Yang kedua adalah mengapa eskalasi ini tidak datang lebih cepat, ketika Hmeimim jauh lebih rentan terhadap serangan atau blokade Turki.

Dalam artikel di Global Research Senin 22 Februari 2016, J. Hawk, Daniel Deiss dan Edwin Watson menuliskan, ketika pesawat Rusia pertama kali tiba di Hmeimim, situasi perang dalam kondisi buruk untuk pemerintah Suriah. Sejumlah kelompok pemberontak dan ISIS teroris mampu membuat kemajuan besar dalam beberapa bulan sebelumnya  dan semakin dekat serta mengancam Damaskus. Pasukan Suriah yang mengalami demoralisasi oleh berbagai kekalahan juga dihantam dengan kekurangan peralatan dan amunisi.




Kelompok udara Rusia pada saat itu masih berjumlah sedikit yakni sekitar 30 pesawat dan kontingen darat yang kecil untuk melindunginya di tanah. Sebagian besar material pangkalan dan persenjataan untuk tentara Suriah mulai tiba dengan kapal Suriah Ekspres yang terlihat sibuk mondar-mandir melintasi Bosphorus.

Militer Rusia belum menunjukkan efektivitas tempur atau serangan jarak jauh pada awalnya. Jika Erdogan memutuskan untuk meluncurkan operasi darat di Suriah pada bulan September atau Oktober 2015, ketika situasi Suriah kala itu benar-benar sedang kacau maka pasukan Turki akan berdiri pada situasi dengan kesempatan yang besar untuk melaju di tanah Suriah. Hal yang tidak mungkin bisa dilakukan sekarang ini.

Beberapa bulan kemudian, situasi telah berubah sedemikian rupa. Intervensi militer Turki hampir tidak ada peluang untuk mencetak sukses. Hmeimim sekarang memiliki lebih dari 50 pesawat, termasuk Su-27SM, Su-30SM, dan Su-35S yang dapat memberikan pertahanan tempur efektif melawan serangan Turki. Pangkalan  juga diinstal dan dilindungi dengan sistem pertahanan udara paling canggih di dunia saat ini S-400 untuk pertahanan jarak jauh. Jika lolos dari S-400, masih ada Buk-M2 untuk pertahanan jarak menengah.

Kalaupun lolos akan diadang Pantsir-S yang berdiri sebagai lapis ketiga pertahanan udara. Sulit bagi pesawat manapun untuk bisa menyerang pangkalan Rusia di Suriah. Pesawat musuh juga akan menghadapi rentetan serangan elektronik yang secara signifikan akan menurunkan kemampuan mereka untuk menargetkan Hmeimim.

Sebaliknya, peluncuran rudal jelajah oleh kapal-kapal angkatan laut Rusia dan pembom berat telah menunjukkan kemampuan untuk menargetkan pangkalan udara Turki dan menghancurkan pesawat Turki di darat jika ada pertempuran.

Pangkalan Rusia di Suriah juga menikmati perlindungan dari kehadiran secara konstan gugus tugas angkatan laut, yang mencakup kapal penjelajah bersenjata rudal jarak jauh baik rudal anti-kapal dan anti-pesawat, beberapa kapal anti-kapal selam, dan setidaknya satu korvet rudal.

Di darat, kekuatan batalion tentara Rusia bukan satu-satunya kekuatan yang melindungi pangkalan. Bantuan militer Rusia, termasuk dengan menyediakan alat berat, amunisi, dan perencana militer serta penasihat, telah membawa kembali tentara Suriah dalam kondisi siap tempur. Selain itu, berkat upaya diplomatik Rusia, beberapa kelompok oposisi Suriah telah bergabung dengan pasukan pemerintah.

Demikian juga unit Kurdi yang di masa lalu mengobarkan perjuangan sendiri melawan ISIS kini telah sepenuhnya dimasukkan ke dalam koalisi yang dipimpin Rusia dengan imbalan konsesi politik pemerintah Suriah. Ada juga kehadiran Hizbullah dan Iran yang cukup besar di Suriah.


Bahaya Jika Turki Maju



Mengingat bahwa tidak ada kekuatan yang cenderung untuk membelot ke Turki jika Ankara melakukan invasi, dan dalam beberapa kasus mereka melihat Turki sebagai musuh bebuyutan mereka, militer Turki kemungkinan besar tidak akan maju terlalu jauh sebelum menderita kerugian besar di tangan pembela Suriah. Senjata Rusia termasuk peluncur roket berat dan rudal balistik jarak pendek Tochka akan menjadi penghancur mematikan bagi kolom lapis baja Turki yang maju melalui jalur pegunungan yang sempit di bawah pengawasan dari drone Rusia dan pesawat pengintai jarak jauh seperti Tu- 214 dan Il-20.

Bahkan prospek blokade Bosphorus tidak akan mengancam seperti dulu lagi. Suriah Express sekarang telah bergerak tidak lagi pada urusan senjata utama tetapi terutama berkaitan dengan penyediaan bahan habis pakai seperti amunisi dan suku cadang untuk pasukan tempur di Suriah. Jika Bosphorus akhirnya diblokir, persediaan ini dapat dikirim dari Laut Baltik  dan jika benar-benar mendesak bisa menggunakan jalur udara menggunakan rute udara tradisional Kaspia-Iran-Irak-Suriah.

Dalam jangka panjang, akan penting bagi pasukan Rusia dan Suriah memberi pukulan koridor melalui wilayah ISIS dan bergabung dengan pasukan Irak, dan ada indikasi bahwa setelah kelompok pemberontak di sekitar Aleppo dinetralkan, serangan akan diluncurkan ke arah Raqqa. Melakukan hal tidak hanya akan mematahkan punggung ISIS, tetapi juga memungkinkan pembukaan rute pasokan darat lain melalui Laut Kaspia dan Iran. Kekuatan koalisi pimpinan Rusia tampaknya telah membuat semua pengamat luar terkejut dan terus berusaha mencegah Turki melakukan serangan baik melalui udara mapun darat.

Sejauh ini kita belum tahu bagaimana hal itu terjadi, tetapi yang pasti Moskow telah mampu mengatasi manuver Ankara dengan menempatkan kekuatan militer yang sangat efektif di Suriah dan mengubah jalannya perang sebelum Ankara mampu bereaksi karena telah kehilangan momentum



0 komentar:

Posting Komentar