Setelah 20 tahun, perusahaan Zoltek Corp di St. Louis akan kembali mendapatkan kesempatan untuk membuktikan bahwa Pentagon mungkin menggunakan teknologi mereka untuk membuat pesawat tempur siluman tanpa membayar royalti.
Sebuah pengadilan banding pada hari Jumat 18 Februari 2016 memutuskan untuk membuka lagi gugatan pelanggaran paten yang pertama kali diajukan Zoltek Corp pada Maret 1996 tersebut. Pengadilan mengatakan hakim keliru dalam memutuskan kasus tersebut dan memerintahkan persidangan kembali untuk menentukan apakah pesawat tempur F-22 dan bomber B-2 menggunakan penemuan Zoltek.
Pemerintah AS selama ini menggunakan alasan keamanan negara sehingga tidak mau mengungkapkan rahasia di pesawat canggih dan teknologi ini termasuk di pengadilan.
Zoltek sendiri telah memiliki paten didaftarkan pada tahun 1984 dan diterbitkan pada tahun 1988. Tahun yang sama ketika bomber B-2 ditampilkan di depan umum untuk pertama kalinya. Teknologi dengan membuat produk serat karbon lembar untuk lebih tahan terhadap gelombang elektrik. Bahan ini digunakan dalam lapisan pesawat yang menjadikan F-22 dan B-2 sulit untuk terdeteksi radar musuh.
Pada tahun 2014, Hakim federal menolak paten Zoltek dengan mengatakan para ilmuwan pada akhirnya pasti tahu bahwa suhu yang digunakan dalam pembuatan serat karbon akan mempengaruhi bagaimana mereka akan menjadi tahan dengan gelombang elektrik. Pengadilan banding membuat keputusan sebaliknya, mengutip surat dari seorang insinyur di Northrop Grumman Corp, yang membangun B-2, pada 1987 yang mengatakan ia tidak pernah melihat bahan dari jenis yang dikembangkan oleh sebuah perusahaan dibeli oleh Zoltek.
Kasus ini akan dikembalikan ke hakim pengadilan, yang harus menentukan apakah paten itu dilanggar atau tidak. Saat itulah pernyataan pemerintah tentang hak istimewa rahasia negara ini akan dibuktikan dari mana asalnya. Salah satu klaim Zoltek adalah bahwa serat yang disebut Tyranno dibuat oleh Lockheed untuk F-22 melanggar paten.
Dalam surat ke pengadilan 2013 lalu- Sekretaris Angkatan Udara Michael Donley kala itu menuduh Zoltek sedang berusaha membantu pemerintah asing untuk mengembangkan teknologi untuk melawan keunggulan dari teknologi F-22 siluman dan membantu mereka mengembangkan pesawat siluman mereka sendiri.
“Bagaimana siluman dicapai dalam pesawat ini dianggap salah satu rahasia Angkatan Udara yang paling berharga,” tulis Donley.
Informasi memungkinkan tetapi dengan aturan yang sangat ketat dan apa yang dipertanyakan saksi disebut meningkatkan risiko pengungkapan disengaja untuk orang yang tidak berwenang. “Mengingat nilai dan sifat rahasia Angkatan Udara relevan di sini, ini akan menimbulkan risiko yang tidak dapat diterima ketika informasi harus dibuka.”
“Departemen Kehakiman sedang mengkaji pendapat tersebut,” kata Nicole Navas, juru bicara departemen, mengatakan dalam sebuah e-mail.
Dean Monco of Wood Phillips di Chicago, pengacara yang telah mewakili Zoltek mengatakan tidak ada cara untuk mengetahui bagaimana kasus ini akan berakhir seperti apa atau untuk berapa lama.
Ketika gugatan diajukan, Bill Clinton adalah presiden, Monco berusia 40 dan dua anaknya msaih berada di sekolah dasar. Anak-anak sekarang berusia 30-an dan istri Clinton, Hillary sedang berjalan untuk presiden. Sementara itu, Zoltek dibeli oleh Toray Industries Inc di Jepang dengan harga US$584 juta pada tahun 2014.
Monco, 65, menolak untuk menyalahkan baik pengacara pemerintah atau pengadilan karena penundaan yang begitu lama. Sebaliknya, dia mengatakan hal ini memiliki “banyak sekali isu-isu yang menarik.”
“Aku tidak tahu apakah aku ingin menghabiskan 20 tahun ke depan untuk berselisih dengan sisa isu yang menarik,” katanya sebagaimana dilaporkan Bloomberg Sabtu 20 Februari 2016.
Sumber: jejaktapak.com
0 komentar:
Posting Komentar