Rabu, 24 Februari 2016
Home »
» 4 Terakhir Dikirim, Super Tucano Indonesia 100% Tetap Bergantung ke Embraer
4 Terakhir Dikirim, Super Tucano Indonesia 100% Tetap Bergantung ke Embraer
Meskipun kecelakaan fatal baru-baru ini, Angkatan Udara Indonesia akan melanjutkan rencana untuk mengakuisisi empat jet pelatihan super Tucano baru yang dijadwalkan tiba pada akhir bulan ini.
Kelompok terakhir dari pembelian pesawat latih serang ringan super Tucano tengah bergerak menuju Indonesia. Empat pesawat itu dikabarkan telah sampai ke Malta untuk kemudian akan bergabung dengan Super Tucano yang lain di Pangkalan Iswahyudi Malang.
“Jet Tucano baru akan ditempatkan di pangkalan udara Malang, Jawa Timur seperti Tucano lainnya,” kata Juru bicara Angkatan Udara Komodor Dwi Badarmanto kepada The Jakarta Post pada hari Kamis 19 Februari 2016.
Dari foro-foto yang dirilis airliner.net, empat pesawat pada 21 Februari super Tucano yang dipesan TNI AU dari Brasil, berhenti satu malam di Malta. Pesawat itu terbang kembali dari Malta International, Luqa, tanggal 22 Februari 2016.
Kementerian Pertahanan menandatangani dua kontrak senilai total US $ 284.000.000 dengan kedirgantaraan konglomerat Brasil Embraer SA pada tahun 2010 dan 2012 untuk membangun satu skuadron dengan 16 Super Tucano untuk menggantikan pesawat Bronco OV-10, yang telah dalam pelayanan sejak tahun 1976. Satu Super Tucano jatuh di Malang beberapa waktu lalu.
Sayangnya super Tucano Indonesia akan selamanya bergantung pada Embraer Brasil.
Laksamana Leonardi, kepala pusat pengadaan Departemen Pertahanan fasilitas pertahanan badan (Baranahan), mengungkapkan bahwa meskipun Embraer telah disampaikan semua jet, Indonesia masih perlu membeli suku cadang jet karena kontrak tidak mengatur soal transfer teknologi.
“Ketika Indonesia membeli Super Tucano dari Embraer, pemerintah belum mendukung UU No. 16/2012 tentang industri pertahanan yang membutuhkan transfer teknologi dalam setiap pengadaan senjata dari luar negeri,” Leonardi kepada Jakarta Post.
Memang masih dimungkinkan untuk memiliki transfer teknologi termasuk dalam penyediaan suku cadang, namun pemerintah harus membuat kesepakatan lain dengan perusahaan.
Selain Super Tucano, senjata lain yang telah dibeli oleh Indonesia tanpa mekanisme transfer teknologi adalah tangki Leopard buatan Jerman.
Indonesia telah membeli 103 Leopard 2 tank tempur utama (MBT), 42 kendaraan tempur infanteri upgrade Marder 1A3 dan 11 berbagai kendaraan lapis baja lain dari Grup Rheinmetall.
Related Posts:
Disebut Paling Hebat, Rudal Brimstone Inggris Malah Melempem di Suriah Rudal Brimstone milik Angkatan Udara Inggris yang dibawa ke misi anti-ISIS di Suriah melempem. Rudal yang diagung-agungkan sebagai yang paling canggih ini bahkan belum menewaskan satupun anggota ISIS. Hal itu terungkap… Read More
T-50 Butuh 23 Detik untuk Mencapai Puncak Himalaya Boleh saja sejumlah pihak meragukan kemampuan dari T-50 karena dianggap mengandung teknologi yang sebagian besar digunakan oleh Su-35, tetapi Rusia mengklaim pesawat yang masih dalam tahap uji prototip ini telah memeca… Read More
Rusia Siapkan Sistem Pertahanan Udara Generasi Paling Baru Rusia sedang menelusuri jalan untuk mengembangkan persenjataan pertahanan udara dan ruang angkasa generasi baru. “Kami secara aktif bergerak untuk menciptakan generasi yang sama sekali baru dari persenjataan… Read More
Typhoon Oman dalam Perakitan Terakhir Eurofighter Typhoon pertama yang diperuntukkan bagi Oman sudah masuk dalam fase perakitan terakhir. Oman akan menjadi negara ketujuh pengguna Typhoon dengan 12 pesananan yang disampaikan. Perusahaan mitra Eurofighter, … Read More
Bomber B-1B Tinggalkan Langit Suriah dan Irak Angkatan Udara Amerika menarik bomber B-1B Lancer dari langit Suriah dan Irak. Selama ini pesawat tersebut menjadi salah satu andalan untuk menghantam sejumlah target ISIS. Letnan Jenderal Charles T. Brown, komandan An… Read More
0 komentar:
Posting Komentar