Night Diamond Slide Glow

Rabu, 24 Februari 2016

15 Tahun Lalu, Perkawinan Predator dan Hellfire Mengubah Gaya Perang


Sistem pesawat tanpa wak Predator dan rudal Hellfire adalah teknologi yang tepat pada waktu yang tepat untuk Amerika yang baru saja menyatakan perang melawan teror setelah peristiwa serangan 11 September.

Hanya sekitar enam bulan sebelum pesawat menabrak menara kembar, Pentagon dari lapangan di Pennsylvania telah menerbangkan Predator sebagai aset pembunuh setelah sebelumnya hanya menjadi platform pengumpulan intelijen.

Pada 16 Februari 2001, sebuah RQ-1 Predator dengan rudal dipandu laser AGM-114C Hellfire yang tergantung di sayapnya mengorbit tinggi di are latihan di dekat Indian Springs Air Force Station yang terletak di utara Las Vegas. Drone itu kemudian menembakkan rudal-rudalnya untuk menghantam sejumlah target. Inilah awal dari sebuah program pesawat tanpa awak yang dalam tahun-tahun berikutnya begitu besar dilakukan oleh Angkatan Udara Amerika dengan dipusatkan di Creech Air Force Base.

Kru stasiun darat yang mengoperasionalkan drone melalui link data satelit secara teoritis bisa memungkinkan mereka membawa Predator ke mana saja ke seluruh dunia. Ketika Predator sedang terbang menuju targetnya, operator memerintahkan sensor Predator untuk mencari target. Setelah target terkunci rudal Hellfire di sayap RQ-1 dilepas dan sektiar sekitar 17 detik kemudian, rudal dipandu laser menabrak target dengan sempurna.

Mempersenjatai Predator adalah sebuah inisiatif yang secara resmi dimulai pada 21 Juni 2000 oleh Komandan Air Combat Command Jenderal John Jumper.  Setelah sukses pada uji dan evaluasi pada Februari 2001 diputusknan untuk menaikkan pengujian pada situasi yang slebih kompleks yakni untuk memburu targer bergerak. Hal ini kemudian memunculkan integrasi dengan rudal yang lebih canggih dari versi rudal Hellfire AGM-114K.

Rudal ini sebenarnya dirancang untuk ditembakkan dari ketinggian yang cukup rendah oleh helikopter serang yang beratnya ribuan pound, bukan oleh pesawat remote kontrol yang rapuh karena terbuat dari fiberglass dan didukung hanya oleh mesin Rotax dengan kekuatan 115 tenaga kuda. Tetapi pada akhirnya, rudal bekerja dengan sempurna. Dan bahkan rudal ini masih terus digunakan oleh Reaper, penerus dari Predator.

Tes akhir yang sukses  akhirnya enam bulan kemudian Predator bersenjata resmi digunakan dan dijuluki MQ-1. Drone ini menembakkan rudal pertama dalam pertempuran pada malam pembukaan Operasi Enduring Freedom.

Pada akhirnya, USAF dan CIA sepenuhnya mengandalkan sistem ini dan terus akan menggunakan pada MQ-9 Reaper.

Meski program ini juga mengundang sejumlah kontroversi termasuk kemungkinan salah sasaran, tetapi sepertinya drone tempur akan terus beranak pinak di berbagai penjuru dunia. Drone telah menjadi sistem tempur yang mengubah jalannya peperangan, dan ini dimulai ketika Predator dan Hellfire sukses berintegrasi pada 15 tahun yang lalu.

0 komentar:

Posting Komentar