Night Diamond Slide Glow

Sabtu, 12 Maret 2016

Kerasnya Cyber War di Eropa Timur


Rusia kerap dituduh melakukan uji Perang Cyber mereka ​​pada target nyata, dan mencari tahu apa sejauh mana hasilnya dan dan apa yang perlu diprbaiki. Masalahnya sebagian besar pengujian dilakukan pada negara tetangga lemah yang tidak bersahabat dengan Moskow. Misalnya pada akhir 2015 sebagian besar wilayah barat Ukraina menderita pemadaman listrik.

Sekitar 1,4 juta rumah dan industri gelap selama beberapa jam karena virus komputer (BlackEnergy) yang diyakini sengaja dikerahkan Rusia untuk mengganggu pembangkit listrik dan sistem distribusi listrik Ukraina.

Dari awal Ukraina menduga bahwa ini adalah serangan Perang Cyber ​​yang dilakukan oleh Rusia. Rusia jelas membantah tuduhan itu.

Penasihat Cyber ​​War NATO segera datang untuk membantu Ukraina memilah bagaimana serangan itu dilakukan dan bagaimana untuk melindungi terhadap serangan di masa depan. Penyelidikan menyimpulkan bahwa penyerang pertama kali mendapat akses ke jaringan tiga perusahaan energi kecil menggunakan spear-fishing attacks (mengirim email yang memiliki lampiran ketika dibuka, software diam-diam menginstal dan memberikan akses penyerang ke jaringan perusahaan.)

Setelah itu beberapa bit khusus lain dari malware (hacker software) yang digunakan untuk memetakan jaringan terganggu dan kemudian melakukan serangan yang melumpuhkan.

Peneliti Cyber ​​ NATO War menemukan bukti yang jelas serangan profesional pada jaringan perusahaan energi termasuk jaringan target untuk melihat item apa yang harus dinonaktifkan guna menyebabkan kerusakan. Para ahli NATO memberi Ukraina daftar panjang perubahan yang harus dilakukan kepada pemerintah dan jaringan perusahaan untuk memperbaiki sistem pertahanan mereka.

Sebelum Ukraina, serangan memukul negara kecil Estonia yang memiliki populasi 1,3 juta pada awal 2007. Menanggapi serangan itu Estonia, yang juga anggota NATO, membuat banyak perubahan dan pada tahun 2015 dengan membentuk milisi Perang Cyber.

Meskipun ukurannya yang kecil Estonia secara teknis cukup canggih di Eropa Timur dan mampu merekrut beberapa ratus relawan terampil yang bekerja keras mengumpulkan pengetahuan dan keterampilan untuk menangani lebih Perang Cyber dari Rusia . Ukraina, meskipun negara Eropa Timur terbesar justru tidak siap dalam melakukan Cyber ​​War.

Estonia berbatasan dengan Rusia dan merupakan anggota NATO. Bagian terakhir itu membuat Rusia enggan untuk datang dengan tank untuk mengambil alih negara ini seperti pada 1940-an. Sebaliknya Rusia membuat upaya besar untuk menghancurkan Estonia melalui serangan berbasis internet besar pada 2007. Estonia selamat dari “invasi” dan menyebut ini semacam agresi Rusia menyebabkan kerusakan keuangan yang besar.

Estonia kemudian menuntut agar PBB dan NATO menyatakan serangan semacam ini amsuk terorisme dan harus ditangani dengan sesuai. NATO mencoba untuk membantu, tapi itu tidak cukup. PBB bahkan kurang membantu karena PBB memiliki waktu yang sulit mendapatkan bukti keterlibatan Rusia. Lebih sulit lagi Rusia memiliki hak veto yang bisa membatalkan keputusan itu.

NATO melakukan upaya dan pada tahun 2008 mendirikan Pusat Pertahanan Cyber ​​di Estonia. Ini adalah respon NATO paling nyata untuk keluhan Estonia pada NATO dan menyatakan Perang Cyber ​​di Rusia. NATO setuju untuk membahas masalah ini tetapi tidak pernah mengambil tindakan apapun terhadap Rusia. ​ NATO mengatakan bahwa ini tampaknya telah menghalangi Rusia untuk melakukan serangan cyber lain. Tetapi Estonia tidak begitu yakin Rusia mundur dan menyerbu Georgia pada tahun 2008 dan Ukraina pada tahun 2014 dan masih membuat ancaman untuk Estonia. Tapi Pusat Pertahanan Cyber ​​di Estonia telah terbukti menjadi sumber daya berharga bagi negara-negara lain yang ingin meningkatkan pertahanan Perang Cyber ​​mereka, terutama terhadap Rusia.

Hanya Gara-Gara Patung


Cyber ​​Wars benar-benar telah berlangsung sejak akhir 1990-an dan semakin memburuk. Ini dimulai pada 1990-an ketika beberapa individu menyerang situs web di negara-negara lain karena perselisihan diplomatik. India dan Pakistan pergi beberapa kali terlibat dalam perang cyber. Arab dan Israel telah saling mencemari situs web masing-masing selama bertahun-tahun.

Orang-orang Arab pada awalnya mundur, karena hacker Israel jauh lebih efektif. Namun dalam beberapa tahun terakhir orang-orang Arab telah memperoleh keterampilan lebih dan kembali berperang. Hacker Cina dan Taiwan juga secara periodik melakukan peperangan di dunia maya dan pada tahun 2001, hacker China dan Amerika bentrok karena tabrakan antara pesawat pengintai Amerika dan jet tempur China di lepas pantai China. Itu hanyalah awal untuk China, yang sekarang secara teratur membuat serangan hacking yang besar pada AS dan anggota NATO lainnya.
Sejak tahun 2005 ini Cyber ​​Wars telah meningkat dari sekadar mengganggu situs web dan mematikan situs dengan serangan lalu lintas sampah (serangan DDOS) dan melebar menjadi upaya spionase terhadap jaringan militer. Para penyerang yang diyakini dari China sering disebut membobol data penting militer Amerika.

Serangan Rusia melawan Estonia adalah hasil dari Estonia memindahkan patung yang dibangun untuk menghormati tentara Perang Dunia II Rusia, dari pusat ibukota, ke pemakaman militer di pedesaan. Estonia melihat patung sebagai pengingat setengah abad pendudukan dan penindasan Rusia. Rusia melihat pemindahan patung sebagai penghinaan terhadap upaya tentara Rusia untuk membebaskan Estonia dan memungkinkan Rusia untuk menempati tempat selama setengah abad.

Banyak orang Rusia akan mendukung sebuah serangan militer terhadap Estonia untuk membalas penghinaan oleh tetangga yang dianggap tidak tahu berterima kasih. Tetapi Estonia adalah bagian dari NATO yang serangan terhadap salah satu anggota NATO dianggap serangan pada semua. Rusia, bagaimanapun, percaya bahwa serangan Perang Cyber ​​besar tidak akan memicu respons NATO.

Mereka begitu yakin bahwa beberapa serangan DDOS awal yang mudah ditelusuri kembali ke komputer yang dimiliki oleh pemerintah Rusia. Ketika itu keluar, serangan berhenti selama beberapa hari, dan kemudian dilanjutkan dari apa yang tampak sebagai botnet ilegal.  Serangan telah memunculkan kerusakan secara signifikan dengan nilai jutaan dolar. Meski tidak ada yang terluka, Estonia bersikeras bahwa serangan ini dilakukan oleh Rusia dan harus memicu ketentuan pertahanan bersama dari perjanjian NATO. Tetapi yang jelas hal itu telah menjadi pengingat untuk semua bahwa Perang Cyber ​​sangat nyata dan sangat merusak.

Sumber: jejaktapak.com

Industri Pesawat Transportasi Terhimpit Keadaan Sulit


Meski Angkatan Udara Rusia telah memerintahkan 15 pesawat angkutan komersial An-148 pada pertengahan 2013, kontrak (dan jaminan pembayaran) tidak ditandatangani sampai Februari 2016. Pada saat itu tiga dari An-148 sedang menunggu pengiriman dan dua lagi yang hampir selesai.

Penundaan adalah hal yang biasa terjadi di Rusia, tetapi 30 bulan adalah penundaan yang sangat panjang. Alasannya adalah terjunnya harga minyak dunia diikuti oleh sanksi perdagangan karena akhir tahun 2014. Sanksi ini memiliki pengaruh langsung pada An-148 karena 30 persen dari komponen untuk pesawat ini dibuat di Ukraina. Produsen An-148 mengatakan bahwa ini tidak lagi masalah.

An-148 adalah pesawat jet transportasi komersial mesin kembar yang biasanya membawa hingga 80 penumpang atau sembilan ton kargo. Kisaran maksimal adalah 2.100 kilometer dan versi kargo An-178 dapat membawa sampai 15 ton dan memiliki pintu belakang untuk bongkar muat.

An-148 dibandrol dengan harga untuk Angkatan Udara Rusia sekitar US$39 juta setiap pesawatnya dan semua akan disampaikan pada 2017 setelah lima disampaikan pada tahun 2016. Angkatan udara tidak memiliki kebutuhan untuk An-148, tetapi pemerintah memiliki kebutuhan yang lebih besar dalam menjaga produsen pesawat komersial Rusia dalam bisnis. Itulah alasan utama di balik pembelian ini.

Antonov memperkenalkan An-148 sebagai pesaing Boeing 737 Amerika. Meskipun Antonov segera memiliki pesanan untuk lebih dari 200 pesawat baru, operator pertama melaporkan bahwa An-148 lebih mahal untuk beroperasi dibandingkan 737 yang ada dalam pelayanan sejak tahun 1960 dengan lebih dari 6.000 pesawat dibangun.

Merasa bahwa bersaing dengan 737  sulit meski harganya separuh lebih murah, Antonov mengumumkan versi militer dari An-148, yakni An-178. Ini akan menjadi pesawat kargo, dengan muatan maksimal 15 ton. Tapi segmen pasar ini sudah dilayani oleh pesawat seperti AN-295 dan C-27J.

Disintegrasi Uni Soviet pada tahun 1991 tidak hanya menghancurkan bangunan kekaisaran Rusia tapi juga menghancurkan industri penerbangan sipil Rusia. Selama beberapa dekade produsen pesawat komersial Soviet telah mendapat pasar yang jelas. Rusia dan Eropa Timur harus membeli model Rusia, dan banyak negara miskin yang tidak mampu membeli pesawat Barat menerima pesawat Rusia adalah pilihan  yang lebih baik daripada tidak sama sekali.

Subsidi & Membeli


Setelah tahun 1991, Uni Soviet digantikan Rusia dan 14 negara baru muncul. Mereka tidak bisa dipaksa lagi untuk membeli pesawat Rusia. Sebagian besar fasilitas manufaktur pesawat sipil berada di luar Rusia (di Ukraina dan Uzbekistan). Dari tiga perusahaan pesawat manufaktur besar, Antonov bermarkas di Ukraina, Ilyushin di Uzbekistan, dan hanya Tupolev di Rusia.

Rusia telah berhasil membujuk Ilyushin bergerak melalui bantuan dana dan  penjualan untuk mengembalikan banyak manufaktur ke Rusia. Tupolev sedang bergabung dengan beberapa produsen pesawat militer, sebagai bagian dari United Aircraft Corporation. Antonov mungkin terpaksa untuk berhubungan kembali dengan Rusia juga, mengingat ketidakmampuan mereka untuk merancang dan memproduksi pesawat yang dapat bersaing dengan Airbus dan Boeing (belum lagi banyak perusahaan Barat yang lebih kecil).

Desain pesawat komersial Rusia baru Rusia terus ada di belakang dengan apa yang ditawarkan Barat. Bukan hanya Boeing dan AirBus, tapi produsen juga lebih kecil di Eropa dan Amerika. Bahkan China memasuki pasar pesawat komersial dan siap untuk mengalahkan Rusia juga. Namun pemerintah Rusia masih berusaha untuk terus menyelamatkan industri ini dengan memberi subsidi dan membeli pesawat yang diproduksi. Tidak peduli butuh atau tidak.

Sumber: jejaktapak.com

Permintaan Misi Bomber AS Meningkat – JejakTapak


Komandan Strategic Command (Stracom) Adm. Cecil Haney mengatakan bahwa misi pembom strategis yang diminta oleh mitra internasional atau komandan kombatan AS telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir.

“Dari sudut pandang itu, permintaan sudah naik,” kata Haney kepada Sputnik Selasa 8 Maret 2016 lalu, merujuk secara khusus untuk misi Bomber Assurance and Deterrence (BAAD)  yang diminta oleh komandan kombatan di berbagai wilayah geografis, serta latihan dengan sekutu AS dan mitra.

Dalam beberapa hari terakhir, Stracom mengumumkan bahwa tiga pembom B-2 telah dikirim untuk melakukan misi di Asia Pasifik. Amerika Serikat dan Korea Selatan saat ini terlibat dalam latihan militer besar-besaran di tengah ketegangan regional dengan Korea Utara yang meningkat setelah peluncuran rudal dan uji coba senjata nuklir baru-baru ini.

Haney mencatat tingkat yang permintaan lebih tinggi dari misi bomber digunakan untuk menanggapi sebuah krisis selain juga misi BAAD reguler dan latihan terencana dengan sekutu dan mitra Amerika. Pada bulan Februari, Amerika juga mengirim pembom strategis tambahan ke Eropa, di mana mereka dianggap sebagai kekuatan yang paling terlihat.

Sambil Menyelam Minum Air, Ikut Red Flag Typhoon Italia Coba Swing Role


Angkatan Udara Italia menggunakan debut Eurofighter Typhoon mereka di ajang latihan Red Flag untuk menguji kemampuan swing role yang akan dijadikan andalan meningkatkan ekspor pesawat tersebut.

Berbicara di Nellis Air Force Base (AFB) di Nevada, Komandan Detasemen Angkatan Udara Italia Kolonel Marco Bertoli mengatakan bahwa delapan Typhoon telah dibawa ke Red Flag 16-02 dalam peran udara ke udara juga mengambil kesempatan untuk roll out ke fungsi serangan udara ke darat. Hal ini untuk membantu Finmeccanica mempromosikan platform tersebut ke berbagai dunia.

“Kami sedang mengembangkan kemampuan Swing role yang sebagian besar untuk mendukung kemampuan ekspor Typhoon untuk negara-negara lain, dengan benar-benar menjatuhkan bom selama latihan,” kata kolonel itu sambil menambahkan; “Italia adalah integrator senjata utama bagi negara-negara mitra. Kami juga memiliki tanggung jawab utama untuk mempromosikan ekspor pesawat untuk negara tertentu [misalnya Kuwait], jadi kita perlu tahu diri kita sendiri apa yang yang dimaksud dengan kemampuan [swing-yang kita promosikan,” katanya sebagaimana dilaporkan IHS Jane, Kamis 10 Maret 2016.

Dari delapan Typhoon yang diterbangkan di Red Flag 29 Februari-11 Maret, lima pesawat merupakan platfrom Tranche 1 dan tiga platform Tranche 2 dilengkapi dengan software P1E (B) yang digunakan dalam swing role. “Kami melakukan pengujian GBU-16 [Paveway II] dan GBU-48 [Enhanced Paveway II precision-guided bombs], dan mengembangkan kemampuan menembakkan Storm Shadow. Di Red Flag secara khusus kami sedang mengembangkan TTP [tactics, techniques, and procedures], serta memeriksa perangkat lunak dan suite serangan,” jelas Kolonel Bertoli

Meski Typhoon sudah memiliki terbukti kemampuan serangan udara ke darat di sejumlah negara terutama Inggris, perannya di Angkatan Udara Italia saat ini sangat dibatasi untuk peran udara ke udara saja.

Pembelian Senjata Rusia akan Terpangkas 10%


Pada tanggal 5 Maret, Wakil Menteri Pertahanan Rusia Tatiana Shevtsova mengatakan bahwa pengeluaran anggaran kementerian diharapkan akan berkurang lima persen. Hal ini akan berdampak pada pesanan pertahanan Moskow yang diperkirakan akan merosot hingga 10%.

“Saya pikir pesanan pertahanan pemerintah akan berkurang sekitar 10%,” kata Kepala Rusia Rostec Sergei Chemezov Chemezov dalam sebuah wawancara dengan The Wall Street Journal yang dikutip Sputnik Jumat 11 Maret 2016.

Dia menambahkan bahwa pengurangan pasti akan terjadi karena penurunan penerimaan negara yang disebabkan oleh penurunan harga minyak dan gas global.

Rusia saat ini sedang melaksanakan program persenjataan kembali skala besar, mengumumkan pada tahun 2010, untuk memodernisasi 70 persen perangkat keras militer pada tahun 2020. Biaya program modernisasi total diperkirakan mencapai sekitar US$ 284 miliar.

Siap-Siap! Vladimir Monomakh akan Luncurkan Bulava Lagi


Kapal Selam nuklir Kelas Borei Rusia Vladimir Monomakh akan melakukan peluncuran dua rudal balistik antarbenua Bulava menuju Kura di Kamchatka pada bulan Juni.

“Direncanakan bahwa Vladimir Monomakh akan memecat dua Bulava ICBM pada awal musim panas, sekitar bulan Juni, dari posisi terendam di Laut Putih menuju Kura di Kamchatka,” kata seorang sumber di pertahanan dan industri kepada Kantor Berita Rusia TASS Jumat 11 Maret 2016.

Sebuah sumber sebelumnya mengatakan kepada TASS bahwa Armada Utara Rusia berencana melakukan peluncuran beberapa ICBM Bulava pada tahun 2016 tetapi tidak menentukan waktu latihan atau kapal selam yang akan melakukan peluncuran Bulava.

Peluncuran rudal balistik antarbenua Bulava terakhir dilakukan oleh kapal selam Vladimir Monomakh pada tanggal 14 November 2015.

Sebuah sumber di industri pertahanan menegaskan bahwa kapal selam nuklir Vladimir Monomakh yang dipersenjatai dengan 16 rudal Bulava akan melakukan bergerak untuk Armada Pasifik pada bulan Agustus-September guna bergabung dengan Alexander Nevsky yang telah tiba di Kamchatka pada 2015. Menurut sumber itu, kapal selam Vladimir Monomakh akan menerima senjata suite lengkap, hanya jika Bulava beberapa peluncuran berhasil.

Vladimir Monomakh adalah Kapal selam ketiga Proyek 955 Kelas Borei. Kapal ini ditetapkan pada tahun 2006 dan dipindahkan ke Angkatan Laut pada akhir 2014. Kapal selam kelas Borei diharapkan akan menjadi andalan kekuatan nuklir strategis angkatan laut Rusia dalam beberapa dekade mendatang. Secara keseluruhan, Rusia berencana membangun delapan kapal selam kelas Borei.

Echo Voyager, Kapal Selam Tanpa Awak Baru dari Boeing


Boeing meluncurkan kapal selam tanpa awak baru yang mampu beroperasi secara mandiri selama berbulan-bulan. Kapal selam yang disebut sebagai Echo Voyager ini menggunakan sistem isi ulang hybrid untuk menyediakan tenaga selama berbulan-bulan secar mandiri, dan juga dapat diluncurkan dan kembali kapal dukungan yang biasanya diperlukan untuk kendaraan bawah laut tak berawak atau UUV.

“Echo Voyager adalah pendekatan baru bagaimana UUV akan beroperasi dan digunakan di masa depan,” kata Darryl Davis, Presiden Boeing Phantom Works, dalam rilisnya Kamis 10 Maret 2016.
“Investasi kami di teknologi inovatif seperti sistem otonom membantu pelanggan kami untuk memenuhi persyaratan misi sekarang dan di tahun-tahun mendatang.”


UUV baru memiliki kemampuan untuk mengumpulkan data, naik ke permukaan dan mengirimkan data ke peneliti nyaris secara real-time. Hal ini akan mengurangi kebutuhan kapal dan awak untuk mengoperasikan kapal selam yang berarti akan menurunkan biaya operasional.

Echo Voyager yang memiliki panjang 51 kaki akan bergabung dengan Echo Seeker dengan panjang 32 kaki dan Echo Ranger 18 kaki dalam keluarga UUV Boeing, dan akan mulai percobaan laut musim panas ini di lepas pantai California. Menurut rilis tersebut Boeing telah merancang dan mengoperasikan sistem bawah laut baik berawak dan tak berawak sejak 1960-an,

Kapal Selam Rusia Intai Pantai Prancis


Armada kapal selam Moskow telah meningkat aktivitasnya ke tingkat yang tidak terlihat sejak sebelum akhir Perang Dingin.  Bahkan sebuah sebuah kapal selam rudal balistik Rusia telah terlihat di Atlantik dan sangat dekat dengan pantai Prancis di Teluk Biscay.

Mengutip seorang pejabat senior pertahanan Prancis, surat kabar Prancis L’Obs melaporkan kapal selam rudal balistik Rusia pada Januari terdeteksi nyaris masuk ke perairan teritorial Prancis. Namun, Kementerian Pertahanan Prancis tidak akan mengkonfirmasi atau menyangkal penampakan tersebut. Paris umumnya mempertahankan kebijakan untuk tidak mengomentari hal-hal tersebut.

“Kegiatan angkatan laut Rusia telah meningkat selama beberapa bulan, dan tahun terakhir dan kami secara permanen memberi perhatian untuk itu,” kata seorang juru bicara angkatan laut Perancis sebagaimana dikutip National Interest dari Reuters Jumat 11 Maret 2016

Kapal selam itu diyakini menjadi kapal kelas Delfin Project 667 BDRM, yang oleh NATO dikenal sebagai Delta IV. Kapal selam seberat kurang lebih 18.000 ton ini membawa 16 rudal balistik berbahan bakar cair R-29RMU2.1 Liner  dan 16 rudal R-29RMU SINEVA yang masing-masing membawa empat hulu ledak dan memiliki jangkauan sekitar 7.500 mil.

Rusia akhirnya akan mempensiun trio Proyek 667BDR Kalmar (Delta III) dan enam Proyek 667BDRM kelas Delfin (Delta IV) dan mengantinya dengan kelas Borei Proyek 955 yang dipersenjatai dengan rudal RSM-56 Bulava. Tiga kapal selam kelas Borei telah selesai, sementara kapal keempat Knyaz Vladimir saat ini sedang dibangun di Sevmash.

Knyaz Vladimir akan menjadi yang pertama dari kapal selam kelas baru yang disebut Project 955A Borei-II. Rusia berencana untuk membangun lima dari kapal rudal balistik baru ini, yang beberapa laporan menyatakan akan membawa 20 rudal Bulava atau naik dari Borei sebelumnya yang membawa 16 rudal tersebut.

Knyaz Vladimir diharapkan untuk masuk layanan pada tahun 2017. Sejauh ini, tujuh dari delapan direncanakan kapal selam kelas Borei telah selesai atau berada dalam berbagai tahap konstruksi.

Rusia juga memiliki satu kapal selam Project 941 kelas Akula  yang lebih dikenal sebagai Typhoon- Dmitriy Donskoy, yang digunakan sebagai kapal selam uji. Sementara itu, salah satu Delta III telah diubah menjadi kapal selam operasi khusus di bawah penunjukan BS-136 Orenburg.

Rusia akan Menanggapi Bom Nuklir AS di Eropa


Rusia akan memberikan respon yang memadai untuk rencana penyebaran bom nuklir upgrade B61-12 milik Amerika Serikat di Eropa.

“Di militer, ada aturan umum, tindakan memaksa counter-action. Saya yakin bahwa reaksi Rusia untuk penyebaran bom baru AS akan memadai, dan parameternya akan ditentukan oleh analisis mendalam tentang semua keadaan,” kata Mikhail Ulyanov, Direktur Departemen Non-Proliferasi dan Pengendalian Senjata Kementerian Luar Negeri Rusia dalam dalam sebuah wawancara dengan Kommersant. yang diterbitkan pada hari Jumat.

Pada pertengahan 2020-an, versi B61-12 diharapkan untuk menggantikan arus 180 B61 yang ditimbun di Eropa, yang akan diterbangkan dari pangkalan di Jerman, Belgia, Italia, Turki dan Belanda.

Menurut Ulyanov, modernisasi persenjataan bom nuklir menunjukkan bahwa Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) sedang menuju pelanggaran jangka panjang dari Perjanjian Nonproliferasi Nuklir atau Non-Proliferation of Nuclear (NPT).

“Kekhawatiran dalam hal ini, tidak hanya dinyatakan oleh kami, tetapi juga oleh negara anggota gerakan Non-Blok yang pada dasarnya diabaikan oleh anggota NATO,” tekan Ulyanov.
Sejak tahun 2014, NATO telah membangun kehadiran militernya di Eropa, khususnya di negara-negara Eropa timur yang berbatasan dengan Rusia, menggunakan dugaan campur tangan Moskow dalam konflik internal Ukraina sebagai dalih untuk bergerak.

Rusia telah berulang kali menyatakan keprihatinan atas pembangunan militer NATO di sepanjang perbatasan barat, memperingatkan bahwa ekspansi aliansi ini telah merongrong keamanan regional dan global.

NPT mulai berlaku pada tahun 1970. Perjanjian itu disepakati lima negara pemilik senjata nuklir yakni Amerika Serikat, Rusia, Inggris, Prancis, dan China. Tujuannya adalah untuk mencegah penyebaran senjata nuklir dan untuk mempromosikan penggunaan damai energi nuklir.

S-300 Iran akan Dikirim Agustus-September


Setelah Iran, Rusia juga menyatakan pengiriman sistem rudal pertahanan S-300 ke Iran tidak ada masalah. Moskow akan mengirimkan senjata itu pada bulan Agustus atau September 2016.

“Saya pikir kami akan memberikan S-300 pada akhir tahun. Pengiriman pertama akan dilakukan pada bulan September atau Agustus,” kata Kepala Produksi perusahaan negara Rostec Sergei Chemezov dalam sebuah wawancara dengan The Wall Street Journal yang dikutip Sputnik Jumat 11 Maret 2016.

Pada bulan November 2015, Chemezov mengatakan bahwa kontrak akan memberikan sistem pertahanan udara S-300 ke Iran akan memberi efek kekuatan. “Ya, mereka mengatakan tentang kondisi, dan kami mengatakan mereka hanya perlu [model]S-300 PMU-1. Kami menyarankan Antey-2500 [versi ekspor dari S-300VM], tetapi mereka mengatakan tidak dan tetap meminta kita memberi S-300 . Jadi, OK, “kata Sergei Chemezov dalam wawancara.

Chemezov mencatat bahwa itu akan menjadi pengiriman terakhir dari sistem ini di luar negeri dan setelah itu mungkin tidak akan diproduksi lagi.

Sebelumnya dilaporkan Presiden Rusia Vladimir Putin telah membatalkan pengiriman sistem pertahanan S-300 ke Iran karena ada masukan dari Israel. Berdasarkan data dan bukti  yang disampaikan, Iran telah mengirimkan sistem pertahanan rudal Pantsir-1 ke Hizbullah
Sebelum itu juga ada beberapa masalah dengan pelaksanaan kontrak dengan Teheran disebabkan oleh perbedaan pendapat pada mekanisme pembayaran.

Rusia-Iran meneken kontrak $ 900 juta untuk penjualan lima S-300 Rusia ke Iran yang ditandatangani pada tahun 2007. Namun pengiriman ditangguhkan setelah ada sanksi Dewan Keamanan PBB pada Iran terkait program nuklir yang dikembangkan Teheran. Pada 2010 Presiden Putin kemudian mencabut larangan tersebut. Rencana awal Rusia akan mengirimkan S-300 pada tahun 2016.

Kapal Selam Nuklir Terbesar di Dunia Milik Rusia akan Dilucuti


Sebuah kapal selam kelas rudal nuklir Typhoon, Arkhangelsk yang merupakan kapal selam terbesar di dunia milik Rusia akan dilucuti senjatanya. Hal ini dilakukan sesuai dengan perjanjian New START antara Moskow dan Washington.

“Sesuai dengan perjanjian New START antara Rusia dan AS, galangan kapal negara Zvezdochka di kota Rusia bagian utara Severodvinsk akan melucuti sistem rudal dari kapal selam Arkhangelsk,” kata layanan pers galangan kapal kepada kantor berita TASS, Jumat 11 Maret 2016.

“Kami akan menghapus peluncur rudal kapal selam dan menyegelnya, sehingga mustahil untuk kapal menggunakan senjata rudal,” tambah layanan pers. “Kami tidak berbicara tentang pembongkaran kapal selam itu sendiri. Tender untuk prosedur belum diumumkan. ”

Menurut data yang diterbitkan oleh badan nuklir Rusia Rosatom, perlucutan senjata kapal selam ini diperkirakan akan menelan biaya sekitar US$400.000.

Kapal selam rudal balistik Arkhangelsk TK-17 dirancang pada tahun 1987 di bawah Proyek 941 ‘Shark’ (atau disebut Typhoon oleh NATO). Proyek ini bertujuan untuk melengkapi Angkatan Laut Soviet dengan kapal selam rudal balistik bertenaga nuklir, dan membangun kapal selam terbesar yang pernah dibangun. Kapal selam raksasa ini bisa untuk memberi fasilitas hidup yang layak untuk 179 awak ketika terendam selama berbulan-bulan, dan bisa menjadi gudang 20 rudal balistik antarbenua.

Tiga dari enam kapal selam kelas Typhoon yang dibangun pada 1980-an telah dibongkar di galangan kapal di Severodvinsk. Dari tiga kapal selam yang tersisa yakni Arkhangelsk dan Severstal juga diputuskan untuk dilucuti. Sementara Dmitri Donskoi, satu kapal selam kelas Typhoon yang tersisa saat ini menjalani prosedur modernisasi dan kini dilengkapi sistem untuk menguji sistem rudal berbasis laut Bulava.

The New START yang bertujuan untuk pengurangan kemampuan senjata nuklir dunia dirancang untuk mengurangi stok nuklir Amerika dan Rusia dan mulai berlaku pada tahun 2011. Perjanjian ini menggantikan perjanjian 1991 yang memberlakukan batas lebih rendah untuk jumlah hulu ledak dan sistem pengiriman.

Mengomentari kemajuan yang dibuat pada tahun kelima perjanjian pada bulan Februari, Menteri Luar Negeri AS John Kerry memuji kedua belah pihak pada kerjasama yang sukses di lapangan.

“[Perjanjian New START] terus menjadi area kerja sama dan dialog lanjutan antara Amerika Serikat dan Rusia. Saya dan Presiden Obama meyakini bahwa dua negara yang mengantar era senjata nuklir, memiliki tanggung jawab khusus untuk memimpin dunia di luar, “katanya dalam sebuah pernyataan.

Hanya saja di sisi lain ketika ada perjanjian itu AS juster berencana untuk meng-upgrade 180 bom strategis B61 yang ditebar di pangkalan udara Eropa untuk ditingkatkan menjadi versi B61-12. Hal ini memunculkan keraguan apakah AS mematuhi perjanjian senjata non-proliferation treaty (NPT) nuklir.

Kapal Selam Korut Hilang, Diduga Tenggelam


Sebuah kapal selam milik Angkatan Laut Korea Utara hilang dan diduga tenggelam. Kapal yang tidak diketahui dari kelas apa itu beroperasi di lepas pantai Korea Utara dalam beberapa hari terakhir sebelum kapal selam kemudian menghilang.

“Sekitar seminggu lalu kapal itu hilang dan spekulasinya adalah bahwa kapal tenggelam,” kata seorang pejabat AS kepada USNI News Jumat 11 Maret 2016.

“Korea Utara tidak berupaya untuk menunjukkan bahwa sedang ada sesuatu yang salah atau bahwa mereka membutuhkan bantuan atau beberapa jenis bantuan.”

Pejabat itu enggan memberikan rincian spesifik tentang hilangnya kapal selam tersebut karena sensivitas tentang bagaimana militer itu pelacakan kapal.

Seorang pejabat AS kedua juga mengkonfirmasi fakta-fakta dasar dari kapal selam hilang.
Meskipun para pejabat AS tidak akan mengkonfirmasi rincian di mana kapal tenggelam, Joe Bermudez, analis yang fokus pada Korea Utara dan penasehat website 38 North from the U.S.- Korea Institute at Johns Hopkins University, menduga kapal itu kemungkinan dekat dengan salah satu dari dua pangkalan kapal selam Korea Utara di Laut Jepang yang  juga disebut Laut Timur.

“Korea Utara memiliki dua pangkalan kapal selam utama di pantai timurnya selain tiga fasilitas yang lebih kecil untuk kapal selam kosta dan cebol,” kata Bermudez.

Militer Korea Utara mengoperasikan sekitar 70 armada kapal selam yang sebagian besar adalah kapal selam cebol.

Menurut Bermudez, kebanyakan kapal selam atau peralatan mereka tidak diperuntukkan untuk militer tetapi kapal sipil yang diubah untuk keperluan militer.

Meski Korea Utara memiliki sendiri kapal selam yang diproduksi di dalam negeri, sebagian besar armada terdiri dari puluhan desain lama Rusia dengan kemampuan yang terbatas. Namun, kemampuan Korea Selatan yang tidak memadahi dalam peperangan anti-kapal selam menjadikan mereka cukup kerepotan menghadapi kapal selam tua ini. Pada tahun 2010 korvet Cheonan Angkatan Laut Korea Selatan tenggelam karena dihantam torpedo yang diperkirakan dari kapal selam cebol Korea Utara menewaskan 46 pelaut.

USAF Mulai Cari Pertimbangkan Pengganti Babi Hutan


Angkatan Udara AS mulai mempelajari pesawat dukungan udara  jarak dekat atau close air support (CAS) masa depan untuk menjadi suksesor dari Fairchild Republic A-10 setelah Pentagon mengevaluasi persenjataan yang dibutuhkan selama “operasi berkepanjangan” satu tahun terakhir.
Angkatan Udara melihat platform dukungan udara  menjadi alternatif taktis dalam perang intensitas rendah atau permisif seperti kontraterorisme dan operasi stabilitas regional, mirip dengan jenis misi yang dilakukan Irak dan Afghanistan saat ini, di mana superioritas udara telah dicapai dan pesawat koalisi dapat menjelajah relatif bebas dalam mendukung pasukan darat.

Para pejabat USAF mengatakan sebagian dari “studi pertempuran angkatan udara” telah memutuskan untuk mempertimbangkan pesawat alternatif untuk CAS seperti Beechcraft AT-6 Wolverine, Sierra Nevada / Embraer A-29 Super Tucano, dan Textron Airland Scorpion atau pesawat dengan desain yang benar-benar baru seperti turunan dari pesawat latih yang nantinya akan dilahirkan dari program T-X. Penelitian ini dilakukan karena A-10 Warthog alias Babi Hutan sudah masuk fase pensiun.

Pejabat Angkatan Udara mengakui sebenarnya F-35 mampu untuk menggantikan peran dukungan udara, tetapi pesawat ini akan sangat cocok untuk konflik tingkat tinggi semacam dengan Rusia. Sementara untuk perang intensitas rendah, penggunaan pesawat siluman tersebut akan berlebihan dan tentu saja sangat mahal.

“[F-35] akan sangat mampu dalam lingkungan keras seperti menghadapi negara dengan doktrin Rusia yang akan membawa pertahanan udara mereka ke Anda, karena akan ada sejumlah pesawat yang dapat beroperasi dalam peran tersebut,” kata Wakil Kepala Staf USAF untuk rencana strategis dan persyaratan Letnan Jenderal James Holmes kepada Komite Angkatan Bersenjata Senat pada 8 Maret.

“Tetapi ini tentu akan menjadi cara yang mahal untuk pergi pada misi lingkungan permisif dan kami berharap untuk tidak perlu melakukan itu, jadi kita akan melihat pilihan lain.”

A-10 diperkenalkan pada tahun 1975 dan upgrade ke lebih mampu telah melahirkan konfigurasi A-10C pada tahun 2007. Pendukung pesawat ini di Kongres secara konsisten telah menolak rencana Angkatan Udara untuk mempensiun Thunderbolt II.

Holmes mengatakan kepada wartawan setelah sidang bahwa angkatan udara perlu mencari tahu apakah perlu platform serangan yang sama sekali baru atau yang sudah ada sekarang ini seperti AT-6, A-29 atau Scorpion.

“Ada beberapa pesawat low-end di luar sana, seperti A-29 yang kami bermitra dengan Afghanistan menggunakan pesawat ini di sana,” kata Holmes. Angkatan udara juga telah mempertimbangkan cara-cara baru untuk menggunakan F-15 dan F-16 dalam peran CAS melalui upgrade dan taktik baru.

42 Su-30MKI Ini akan Jadi Ancaman Berbahaya di Jantung China


India dalam jalur untuk  mampu menyerang jauh ke jantung China dengan rudal nuklir setelah melakukan modifikasi jet tempur multirole Su-30MKI. India seperti diberitakan telah mengubah 42 pesawat Su-30MKI sehingga mereka dapat membawa BrahMos-udara diluncurkan rudal jelajah supersonik.

New Delhi memiliki sekitar 200 pesawat Su-30MKI di gudang senjata mereka dan berencana untuk akhirnya mengakuisisi 282 dari tempur generasi keempat tersebut untuk menjadi tulang punggung dari Angkatan Udara India melalui 2020 dan seterusnya.

Brahmos, di sisi lain, adalah rudal jelajah tercepat di dunia, mampu melakukan perjalanan dengan kecepatan Mach 3,0 – atau 3.000 meter per detik. “Dalam tes, BrahMos sering memotong kapal perang di setengah dan mengurangi target darat berkeping-keping,” kata Rusia dan India Report, menambahkan bahwa pasangan dua bersama-sama secara drastis akan memperluas kekuatan mencolok dari kaki udara triad nuklir India.

“Kecepatan Sukhoi akan menambah momentum ekstra untuk rudal, ditambah kemampuan pesawat untuk menembus pertahanan udara mengeras berarti ada kesempatan yang lebih besar bagi pilot untuk memberikan rudal ke target yang ditunjuk,” kata laporan itu.

Yang penting, ketika Su-39 ini 1.800-km berbagai dikombinasikan dengan kemampuan Brahmos ‘untuk mencapai target 300 km jauhnya, India akan sekarang dapat menyerang jauh ke dalam jantung China atau Pakistan dengan hulu ledak nuklir.

Selain itu, India juga telah menguji Agni-V, tiga-tahap berbahan bakar padat jarak menengah rudal balistik. Dengan jarak sekitar 5.000 km, rudal akan memberikan India kemampuan untuk menyerang setiap bagian dari China dengan senjata nuklir untuk pertama kalinya.

Jumat, 11 Maret 2016

Chinook akan Terbang 100 Tahun


Angkatan Darat Amerika berencana untuk menerbangkan helikopter pekerja keras era-Perng Vietnam CH-47 Chinook hingga 100 tahun dengan terus meningkatkan kemampuan platform melalui serangkaian penyesuaian teknologi. Upgrade meliputi meningkatkan kemampuan angkat, berat pesawat, avionik dan penanganan kargo.

Tujuan US Army adalah memungkinkan helikopter, yang pertama kali diproduksi pada awal 1960-an, untuk melayani hingga 2060. “Tujuan utama kami adalah menjaga relevansi CH-47F untuk Warfighter,” kata pejabat Angkatan Darat dalam sebuah pernyataan kepada Scout Warrior Kamis 10 Maret 2016.

Model terbaru, yang disebut Chinook F, merupakan iterasi terbaru dari kemajuan teknologi dalam sejarah panjang pesawat kargo yang dikenal pekerja keras dan sering bertugas dengan memberikan suplai makanan, pasukan dan perlengkapan di tempat yang tinggi di medan pegunungan Afghanistan.

Helikopter ini dapat melakukan perjalanan dengan kecepatan hingga 170 knot. Chinook memiliki jangkauan 400 mil laut dan dapat mencapai ketinggian lebih dari 18.000 kaki. kemampuan kinerja terbang tinggi telah menjadi faktor yang memungkinkan helikipter ini sangat substansial di daerah pegunungan Afghanistan.

Pesawat memilikki panjang 52 kaki, tinggi 18 kaki dan mampu lepas landas dengan membawa beban 50.000 pound.. Selain itu, pesawat dapat dipasang setidaknya tiga senapan mesin; satu di setiap jendela dan satu lagi di pintu kargo belakang.

Chinook F menerima sejumlah perangkat tambahan seperti kokpit digital yang disebut Common Avionics Arsitectur System, atau CAAS, avionik juga ditingkatkan seperti, display digital, Line Replacement Units, navigational technology, multi-mode radios, software and emerging systems.

Pada tahun 2018, Angkatan Darat berencana untuk memiliki 440 Chinooks model F.  Pada tahun 2020, Angkatan Darat berencana untuk membawa ke lapangan “Blok 2” yang merupakan upgrade Chinook F dengan berbagai peningkatan kemampuan.

Blok 2 Chinook akan direkayasa untuk mengakomodasi berat maksimum take off lebih besar dari 54.000 pound. Chinook Blok 2 juga akan menerima mesin Honeywell T55-715 yang 20 persen lebih kuat.

Mengapa Tank T-90 Rusia Mampu Tahan Hantaman Rudal TOW AS?


Sebuah video yang beredar di dunia maya telah mencuri perhatian masyarakat dunia. Video ini menampilkan militan Suriah yang menyerang tank T-90 dengan rudal TOW. Namun begitu, serangan rudal TOW tak berhasil menghancurkan T-90. Seorang pakar di bidang persenjataan yang juga seorang mantan komandan dan sekaligus Pemimpin Redaksi Majalah Arsenal Otechestva (Arsenal Tanah Air) Viktor Murakhovski mengemukakan pendapatnya mengenai siapa yang memasok rudal tersebut, serta kelemahan dan kekuatan tank Rusia terbaru ini.

Video yang beredar di dunia maya menggambarkan rudal antitank (ATGM) digunakan untuk menyerang tank tentara pemerintah Suriah serta tank militan. Pasukan militan tidak memiliki banyak tank, tapi mereka tetap diikut sertakan dalam perang.

Sebagian besar tank bahkan banyak yang hancur dalam perang di tengah kota akibat serangan rudal konvensional.

Senjata Suriah vs Tank

Di Suriah terdapat banyak jenis rudal antitank dan granat berpeluncur roket (RPG) di Suriah sangat luas. Terdapat sampel yang dibuat sejak era Soviet, yaitu jenis “Fagot” dan “Konkurs”, serta jenis yang lebih modern, “Kornet”, yang digunakan pasukan pemerintah. Ada pula sistem antitank TOW-2A produksi Amerika yang dikirimkan kepada oposisi moderat, dipasok oleh Turki dan Qatar kepada milisi Islam radikal yang berkuasa.

Selain itu, terdapat pula rudal antitank dan granat berpeluncur roket buatan Tiongkok dan Iran. Rudal dan granat ini digunakan oleh kelompok militan, pasukan pemerintah, dan Kurdi. Selama perang sipil, seluruh kelompok menyita senjata satu sama lain, termasuk artileri antitank.

TOW buatan AS menjadi salah satu senjata paling berbahaya bagi tank Suriah. Hampir seluruhnya adalah modifikasi modern sistem antitank TOW-2A yang telah dipasok ke banyak negara.

TOW-2A-lah yang menghancurkan helikopter Mi-8 di daratan Suriah. Pada saat itu, Mi-8 ikut serta dalam penyelamatan  pilot Su-24 yang ditembak oleh Turki. Secara umum, rudal TOW dapat menyerang target apa pun yang bergerak dengan kecepatan relatif kecil, termasuk helikopter yang terbang rendah dan unit teknis lainnya di daratan.

Sebuah tank pasti akan hancur jika terhantam serangan rudal baik di bagian samping atau pada badan tank itu sendiri. Tidak ada tank yang mampu menahan serangan sejenis rudal antitank modern.

Bagaimana T-90 Dapat Lolos







Apa yang sebenarnya kita lihat dari video tersebut? Kita dapat melihat tank T-90 yang diproduksi pada tahun 1992 dengan menara yang dibuat melalui pengecoran. Tahun pembuatannya dapat diketahui dengan adanya sistem penekanan optik-elektronik “Shtora” (lampu sorotnya terlihat di kedua sisi meriam) serta bentuk pintunya.

Tank T-90 dilengkapi pelindung reaktif “Kontakt-5”. Selain itu, di bagian depan terdapat pelindung lapis baja yang dikombinasikan dengan lembaran reflektif. Kita juga dapat mengecek pada bagian kiri yang terkena serangan TOW-2A, pelindung reaktif tank ini bekerja, tapi tampaknya kerusakan terhadap lapisan pelindung tidak terjadi.

Awak tank lalai dengan tugas mereka di medan perang, yaitu dengan membiarkan lubang masuk ke dalam tank terbuka. Di samping itu, sistem “Shtora” pun dimatikan.

Akibat ledakan enam kilogram hulu ledak, tentu saja terjadi kebocoran gelombang ledakan melalui pintu tank yang terbuka, dan operator tank melompat keluar dari tank.

Tank Soviet dan Rusia dibangun sedemikan rupa sehingga dapat menahan serangan senjata antitank dengan berbagai sudut yang lebih kurang 30 derajat dari sumbu mesin.

Tank yang berdiri sendiri adalah target empuk bagi rudal. Taktik awak tank ini sendiri ternyata tak berhasil. Tank seharusnya digunakan sebagai bagian dari subdivisi dan bekerja sama dengan infanteri. Tank tunggal, terutama yang berdiri tetap di tempatnya merupakan target empuk bagi rudal.

Aksi ini terjadi di desa Sheikh Aqil, bagian barat laut Aleppo, tempat terjadinya pertempuran kelompok “Gunung Elang Zawiya” yang merupakan bagian kelima dari Tentara Pembebasan Suriah. Pertempuran itu merupakan pengintaian yang dilakukan oleh Hazara dan Syiah Afghanistan. Mereka mencoba merebut Sheik Aqil, tapi terpaksa mundur.

Pada rekaman video tersebut, tank T-90 tak terlihat hancur. Pada saat yang sama, di rekaman tersebut terlihat aksi penembakan para pasukan dengan peralatan perangnya, tapi tampaknya tank tersebut berhasil pergi atau telah dievakuasi. “Saya pikir, tank berhasil mempertahankan mobilitasnya dan para awak tetap hidup. Namun, bisa saja terdapat kerusakan perangkat pengamatan,” kata Murakhovski.

T-90 yang ada di Suriah merupakan sampel dari tahun 1992. Di samping itu, terdapat pula T-90A produksi tahun 2004.  Tidak akan ada titik balik dalam peperangan akibat kemunculan teknologi jenis baru, seperti T-90 atau Su-35. Namun demikian, efektivitas pertempuran dapat meningkat secara signifikan jika tank digunakan secara bijaksana, yaitu dengan bekerja sama dengan infanteri, artileri, kelompok penerbangan, dan pemusatan kekuatan bersama, bukannya berlaga secara tunggal, melainkan bersama-sama.

Kamis, 10 Maret 2016

Gila, Anggaran Hitam Pentagon Capai Rp918 Triliun

Anggaran hitam Pentagon yang  dihabiskan untuk program dan kegiatan yang tidak dirinci karena sifat rahasia pada usulan anggaran 2017 mencapai US$68 miliar atau skitar Rp918 triliun.

Menurut sebuah analisis Aviation Week Kamis 9 Maret 2016 menyebutkan jumlah ini mencapai 12% dari total anggaran sebesar US$582 miliar. Jumlah dana siluman ini bahkan hampir sama dengan gabungan seluruh anggaran pertahanan Prancis, Rusia atau Inggris. Bahkan hampir mencapai setengah dari total APBN Indonesia 2016 yang mencapai sekitar Rp2.000 triliun!

Anggaran rahasia ini disebar ke dalam item ke seluruh program rencana dan pengembangan (R & D), pengadaan, operasi dan subbudgets pemeliharaan.

Dari total anggaran hitam ini sebanyak US$2,25 miliar untuk R & D,  US$20,7 miliar untuk pengadaan dan US$24,9 miliar untuk operasi.

Dilihat dari persentase dari anggaran total R & D hampir 19% bersifat rahasia. Sementara dari pengadaan 10% di antaranya rahasia. Anggaran hitam untuk R & D dan pengadaan ini mencapai 24% atau lebih tinggi dibandingkan akhir Perang Dingin yang mencapai 17%.

Program dan kegiatan rahasia ini tidak termasuk untuk pengembangan dan pembangunan Long Range Strike Bomber (LRS-B) B-21 atau rudal Long-Range Standoff. Meskipun rincian program dan teknis proyek ini rahasia, keberadaan mereka diakui dan anggaran mereka terdaftar secara terbuka.

Salah satu program hitam secara luas dilaporkan adalah pembangunan Northrop Grumman RQ-180, pesawat tanpa awak untuk misi intelijen, pengawasan dan pengintaian atau surveillance and reconnaissance (ISR) yang didanai oleh rekening R & D dan pengadaan Angkatan Udara.

Sementara sebuah anggaran yang ada di item pengadaan barang Angkatan Udara yang terdaftar di bawah “pengadaan rudal,” diduga untuk mendanai produksi satelit pencitraan dan pesawat ruang angkasa sinyal intelijen untuk National Reconnaissance Office (NRO).  Jumlahnya sekitar US$1,06 milia dalam anggaran. Ada anggaran yang lebih kecil untuk program lain Angkatan Udara yang tidak dapat ditemukan dalam anggaran tidak dirahasiakan, salah satunya adalah soal General Atomics Aeronautical Systems-Predator C / Avenger UAV

Pengadaan rahasia lain yang ada di Angkatan Udara mencakup segala sesuatu dari amunisi senjata ringan untuk sistem tanah ISR dan diidentifikasi sebelumnya sebagai “kegiatan yang dipilih yang pada 2017 jumlahnya mencapai US$18,6 miliar.

Setelah itu, item rahasia terbesar kedua senilai US$15,7 miliar untuk program defensewide dalam anggaran operasi dan pemeliharaan.

Angkatan Udara selalu memiliki anggaran hitam terbesar. Anggaran rahasia untuk R & D mencapai dua kali lipat dari gabbungan Angkatan Darat dan Angkatan Laut yang keduanya hanya memililki black budget sebesar US$ 20 juta.

RS-26 Rubezh Rusia Mengguncang Rasa Takut Dunia


Rusia balistik antarbenua baru rusia yang dikenal dengan RS-26 RUBEZH disebut para ahli telah membuat takut militer di seluruh dunia. Tidak terkecuali China dan Amerika.

Dalam sebuah program ditayangkan televisi Cina awal bulan ini seorang ahli pertahanan lokal memuji karakteristik unik dari ICBM Rusia dan rudal ini telah menanamkan ketakutan di militer asing.

“Rudal baru Rusia RS-26 berjalan di sepanjang lintasan yang terus berubah dan itu tidak memiliki analog di dunia,” kata ahli sebagaimana dikutip, tulis Rossiiskaya Gazeta Rabu 9 Maret 2016.
Ketika ditanya tentang sistem pertahanan rudal AS, ia mengatakan bahwa itu “benar-benar tidak berguna” bagi RS-26.

“Yang satu ini bahkan lebih baik daripada rudal terkenal Topol-M. Beberapa dari mereka akan menembus perisai pertahanan rudal apapun dan akan mencapai target mereka,”tambah ahli.

Ketika ditanya apakah ICBM Rusia yang baru telah membuat khawatir Amerika, ahli tersebut mengatakan bahwa tidak hanya orang Amerika tetapi Cina juga perlu khawatir. “Rusia 100 persen aman sekarang, tidak seperti orang lain,” tegasnya.

Apa yang membuat RS-26 begitu istimewa adalah bahwa meskipun beratnya hanya 80 ton, dibandingkan dengan RS-24 Yars yang memiliki bobot 120-ton, rudal RUBEZH mampu membawa 1,2 megaton hulu ledak yang dibagi empat dengan masing-masing empat 300 kiloton.

Dengan kemampuan terbang 11.000 kilometer RS-26 bisa mencapai target di seluruh Amerika Serikat. Selain itu, tahap penguat jatuh di bawah lima menit, yang berarti bahwa radar NATO di Eropa tidak akan memiliki waktu untuk mendeteksi peluncuran. RS-26 Rubezh diharapkan mulai beroperasi pada tahun 2016.

Pentagon Masih Pede Bisa Rontokkan Semua Rudal Korea Utara


Amerika masih percaya diri bisa menjatuhkan semua rudal balistik antarbenua (ICBM) yang diluncurkan Korea Utara untuk menyerang Amerika Serikat atau sekutu-sekutunya.

“Ya,” jawab juru bicara Departemen Pertahanan AS Peter Cook kepada wartawan, Selasa 8 Maret 2016 ketika ditanya apakah militer AS yakin bisa menembak jatuh setiap ICBM Korea Utara.

Cook juga mencatat bahwa Pentagon tidak percaya Korea Utara mampu belum mampu melakukan miniaturirasi perangkat nuklir untuk digunakan sebagai hulu ledak pada rudal apapun. “Amerika Serikat tidak melihat Korea Utara menunjukkan kemampuan untuk miniaturirasi hulu ledak. Tidak ada yang berubah. Penilaian kami tidak berubah,” tegas Cook.

Pada awal 2016 Korea Utara melakukan uji coba senjata nuklir yang juga uji keempat oleh negara tersebut. Pyongyang juga meluncurkan roket jarak jauh  menentang resolusi Dewan Keamanan PBB yang melarang Pyongyang melakukan peluncuran roket yang bisa digunakan sebagai rudal balistik untuk membawa hulu ledak nuklir .

Pada tanggal 4 Maret, Korea Selatan dan Amerika Serikat mulai membahas penyebaran sistem rudal pertahanan Terminal High Altitude Air Defense (THAAD) menanggapi peluncuran roket tersebut.

Militer Aljazair dalam Status Darurat


Angkatan bersenjata Aljazair telah meningkatkan status mereka dari siaga menjadi menjadi darurat militer setelah serangan baru-baru ini di kota Tunisia Ben Gardane dekat perbatasan dengan Libya, yang menewaskan 18 orang.

Menurut surat kabar Aljazair Rabu 9 Maret 2016, El Khabar, Presiden Aljazair Abdelaziz Bouteflika telah memerintahkan komando militer untuk mengambil tindakan untuk menjamin keamanan perbatasan Aljazair dan menghilangkan ancaman terhadap keamanan nasional.

Surat kabar tersebut melaporkan Aljazair memiliki informasi tentang kemungkinan serangan teroris dari Libya atau Mali.

Pada hari Senin 7 Maret 2016, gerilyawan menyerang tentara, polisi dan posisi Garda Nasional di pusat Ben Gardane. Pasukan Tunisia menewaskan 36, menangkap tujuh militan dan menyita beberapa tempat persembunyian dengan senjata.

Tu-214 Rusia, Jawaban Pasti untuk RC-135 Rivet Joint AS

Tu-214 
Sejak 2010 Rusia akhirnya mampu menggantikan banyak pesawat peperangan elektronik era Perang Dingin dengan peralatan modern. Pesawat era Perang Dingin didasarkan pada versi militer dari pesawat empat mesin turboprop Il-10.

Yang paling jelas adalah platform baru yang menggunakan Il-38 yang menjadi jawaban Rusia pada pesawat anti-kapal selam Amerika P-3 Orion. Seperti Amerika dan negara-negara Barat lainnya Rusia menggantikan pesawat empat mesin era Perang Dingin dengan pesawat mesin jet yang lebih modern.

Rusia juga menggunakan Tu-204 untuk pesawat peperangan elektronik baru. Pesawat jet dua mesin ini dapat membawa sampai 210 penumpang, atau 21 ton kargo. Tu-204 memiliki berat sekitar 100 ton, dan bisa terbang 4.000 kilometer. Ini adalah sebuah pesawat relatif murah di kelasnya dengan biaya kurang dari US$ 50 juta untuk setiap unitnya.

Versi militer disebut Tu-214. Model ini hadir dengan pintu kargo lebih banyak dan dapat dengan mudah dimodifikasi untuk membawa lebih banyak bahan bakar guna jangkauan yang lebih panjang atau daya tahan yang lebih besar. Seperti Il-10 akan ada beberapa versi militer yang berbeda dari Tu-214.

RC-135 
Sejauh ini Tu-214 jarang terlihat di luar Rusia. Satu pengecualian adalah Tu-214R yang baru-baru ini muncul di Suriah. Pesawat Rusia ini setara dengan RC-135 Rivet Joint Amerika. Pesawat ini dapat mengumpulkan berbagai sinyal elektronik dan menganalisis mereka dengan cepat dan melakukan tindakan (seperti menggunakan jammers onboard).

Pesawat dapat menyadap semua jenis komunikasi musuh baik menggunakan ponsel atau walkie-talkie atau menyediakan visual yang diambil dari kamera pengintai. Pesawat ini mampu dengan cepat menemukan di mana target berada dan segera dilaporkan untuk kemudian ditindaklanjuti dengan serangan darat atau udara.

Pekerjaan semacam ini sangat populer dengan awak RC-135 yang berjumlah sekitar tiga puluh aircrew dan teknisi di Irak, Afghanistan dan di tempat lain.

Selain itu pesawat ini relatif bebas risiko, karena pesawat terbang di luar jangkauan senapan mesin atau rudal anti-pesawat panggul. Selain itu, pekerjaan yang paling produktif dilakukan pada misi malam, ketika orang-orang jahat bahkan tidak dapat melihat RC-135 (atau Tu-214R) berputar-putar di atasnya.

Rusia dan Cina mempelajari penggunaan RC-135 di Irak dan Afghanistan dan respon Rusia adalah dengan membangun Tu-214R. Pesawat ini menyelesaikan pengujian mereka selama 2015 dan satu dikirim ke Suriah untuk debut pengalaman tempur. Setidaknya ada tujuh Tu-214 lainnya dalam pelayanan militer untuk pengawasan, komunikasi atau sebagai pos komando.

Rabu, 09 Maret 2016

Menunggu Kelahiran Kedua Raksasa Kelas Kirov


Tidak ada keraguan bahwa kapal penjelajah nuklir kelas Kirov berukuran super Rusia adalah mesin pertempuran karismatik. Lengkap dengan sensor dan persenjataan, dan memiliki desain yang berbeda bila dibandingkan dengan apa pun di barat. Tetapi kenyataannya adalah bahwa mereka juga sangat langka dan hanya satu yang tetap dalam pelayanan selama beberapa dekade. Hanya saja semua akan berubah.

Hanya satu dari empat kapal kelas Kirov yang pernah dibangun tetap dalam tugas aktif sejak commissioning pada pertengahan 1990-an yakni kapal Pyotr Veliky, unggulan dari Armada Utara.
Sebagai bagian dari rencana Kremlin yang semakin agresif untuk merevitalisasi Angkatan Laut Rusia, pembangun kapal telah bekerja keras membawa kelas Kirov kedua, Laksamana Nakhimov, kembali ke kehidupan setelah berkarat karena dalam penyimpanan selama satu setengah dekade. Kapal ini akan dirombak dan direncanakan akan kembali ke armada di tahun 2019.

Pada saat itu, Laksamana Nakhimov akan mengambil tempat Pyotr Veliky, yang dijadwalkan untuk memasuki dermaga kering selama tiga tahun di mana ia juga akan mendapatkan perbaikan dan upgadre seperti kapal kembarannya.

Kapal jelajah tempur kelas Kirov konon akan menampilkan satu set baru dari sensor dan subsistem, dan yang paling menakutkan, senjata. Kantor berita Rusia TASS melaporkan bahwa kapal akan menerima sistem peluncuran vertical serbaguna yang benar-benar baru, membuat kapal ini mampu membawa berbagai variasi rudal anti-kapal dan rudal lain.

Bagaimana sebenarnya gambaran dari kemampuan kapal ini nanti? Masih sulit untuk ditebak. Tetapi Navyrecognition.com menyebutkan beberapa point dari upgrade yang bisa sedikit banyak menggambarkan tentang masalah ini:
  • The Sevmash Shipyard and the Special Machinebuilding Design Bureau (KBSM) yang merupakan anak perusahaan dari Almaz-Antei membuat kesepakatan untuk membangun 10 sistem peluncuran vertikal (VLS) 3S-14-11442M guna melengkapi Proyek 11442M upgrade Admiral Nakhimov. Kontrak senilai 2,559 miliar atau sekitar US$33,5 juta.
  • Dengan demikian kemungkinan 20 peluncur dari antikapal rudal P-700 Granit (SS-N-19 Shipwreck) yang ada saat ini akan diganti dengan 10 modul VLS dari UKSK yang merupakan sistem peluncuran serbaguna berbasis kapal. Solusi yang sama kemungkinan akan diterapkan pada cruiser Pyotr Veliky.
  • 3S-14 VLS dapat meluncurkan rudal dari keluarga Kalibr (SS-N-27 Sizzler). Selain itu, peralatan untuk menguji VLS menggunakan maket dari 3M-54, rudal antikapal 3M55 dan 3M22 yang akan siap pada Desember 2016.
Arsenal anti-pesawat milik kapal dikatakan juga menerima upgrade besar, dengan versi navalized dari sistem pertahanan udara yang ditakuti S-400 “Triumf” untuk menggantikan sistem S-300F / FM “Fort.

Namun sebagaimana ditulis Foxtrotalpha Selasa 8 Maret 2016 mungkin komponen baru yang paling menarik dari potensi arsenal baru kelas Kirov adalah akan dipasangnya rudal anti-kapal hipersonik Zircon yang diduga sedang dalam pengujian.

Rusia merupakan pemasok dari kecepatan rudal anti-kapal sangat tinggi, tapi tidak dapat dibandingkan dengan kecepatan Zircon, yang dikatakan berkisar antara mach lima dan mach tujuh. Melawan senjata kecepatan tinggi akan sangat sulit. Belum lagi jika serangan dilakukan dalam kombinasi dengan rudal lain.

Tuan Rumah Segala Rudal


Seperti segala sesuatu yang terkait dengan senjata Rusia, kita harus melihat apakah rumor dan klaim tentang Zircon dapat hidup sampai dengan realitas datang. Melihat Rusia memotong pengeluaran pertahanan dan melihat bahwa mereka sudah mengalami kesulitan affording senjata high-end lainnya dalam pengembangan, segala sesuatu harus dimasukkan ke dalam pertanyaan.  Namun bisnis ekspor rudal anti-kapal selalu baik untuk Rusia, sehingga investasi di Zircon bisa saja terus berjalan.

TASS melaporkan bahwa Kirovs nanti akan menjadi rumah rudal hipersonik Zircon, rudal subsonik Kalibr, dan jelajah supersonik Onix, dan mereka akan menjadi gudang dari 80 rudal anti-kapal di tabung peluncuran vertikal mereka. Dengan senjata yang begitu banyak kapal ini akan memiliki cukup kekuatan untuk terlibat dengan kekuatan angkatan laut negara manapun.

Ketika ini kapal jelajah tempur nuklir masuk ke laut mereka akan menjadi satu dari sedikit kapal perang paling kuat yang pernah dibangun, dengan diperkirakan 174 cell peluncuran vertikal utama yang mereka miliki untuk rudal jarak menengah dan jauh permukaan ke udara dan rudal anti-kapal serta permukaan.

Mereka juga akan ditambah dengan sistem senjata defensif, termasuk ratusan rudal pertahanan wilayah, puluhan meriam dan roket anti-kapal selam.

Memang masih ada yang diperdebatkan tentang apa sebenarnya relevansi strategis dari kapal ini. Tetapi satu yang sulit untuk disangkal bahwa akan menjadi hal yang luar biasa melihat kapal perang raksasa ini berlayar di laut lepas di abad ke-21.

Problem Lagi, Software Perangkat Misi Ganggu Radar AESA F-35


Sebuah kesalahan pada perangkat lunak yang mengganggu kemampuan radar AESA AN/APG-81 milik F-35 Lightning II Joint Strike Fighter saat penerbangan menimbulkan ancaman terbesar untuk kembali menunda rencana Angkatan Udara AS untuk menyatakan jet siluman itu meraih kemampuan tempur.

Mayor Jenderal Jeffrey Harrigian, Direktur Kantor Integrasi F-35 Angkatan Udara di Pentagon, kepada IHS Janes 4 Maret 2016 menjelaskan masalah ini sebagai “stabilitas radar” atau kemampuan radar untuk berfungsi baik dengan menggunakan software 3i yang oleh Angkatan Udara AS aan digunakan ketika menyatakan kemampuan operasional awal armada antara 1 Agustus dan 31 Desember mendatang.

“Apa yang akan terjadi adalah mereka yang seharusnya mendapatkan sinyal yang baik ternyata mendegradasi radar atau menjadikan radar gagal. Sesuatu yang akan memaksa kita untuk me-restart radar,” kata Mayor Jenderal Harrigian.

Masalah ini muncul pada akhir 2015. “Kami pertama kali mulai melihatnya dalam pengujian,” katanya.

“Lockheed Martin telah menemukan akar penyebab, dan sekarang mereka sedang dalam proses untuk memastikan mereka mengambil solusi itu dan menjalankannya melalui laboratorium [pengujian perangkat lunak] .” Dia menambahkan bahwa perangkat lunak baru yang mengoreksi kesalahan tersebut akan dikirimkan ke USAF pada akhir Maret.

Untuk memperbaiki perangkat lunak dengan cepat, beberapa penulis kode dialihkan dari pekerjaan mereka pada upgrade 3F.

Tanpa Teknologi Asing, Mau Jadi Apa Teknologi Militer China


Bagaimana ketergantungan China pada teknologi militer asing? Meskipun kemajuan besar selama dua dekade terakhir mereka raih, jawabannya tetap “banyak.” Tapi alasan untuk ketergantungan menjadi rumit, dan situasi tampaknya berubah dengan cepat.

Banyak diskusi tentang persaingan antara Amerika Serikat dan China terpusat pada kerentanan Amerika. Pada intinya banyak pihak terancam dengan kemajuan China. Banyak tulisan dan analisa yang meyakinkan China bisa mengancam elemen penting dari AS meski belum bisa mengalahkan langsung.

Tetapi pada saat yang sama fakta yang ada mayoritas teknologi China tergantung pada sistem yang diperoleh dari produsen asing. Liaoning secara harfiah adalah bekas kapal induk Soviet, dan kapal induk China berikutnya kemungkinan besar adalah turunan dari desain yang sama.

Sistem rudal permukaan ke udara HQ-9, teknologinya berasal dari sistem rudal Patriot, kapal selam China tergantung pada berbagai teknologi era Soviet bersama dengan beberapa teknologi rahasia yang didapat diam-diam dari Amerika Serikat. Demikian pula, kapal permukaan China menggunakan berbagai komponen yang disalin atau berasal dari model Eropa, Rusia atau Barat.

Di sisi kedirgantaraan, J-10 menyerupai Lavi Israel (dan mungkin F-16), dan J-11, J-15, J-16, dan JF-17 adalah klon atau turunan jelas dari pesawat tua Soviet.  Bomber jarak jauh bomber China, H-6 juga berasal dari seorang pembom Soviet yang pertama kali terbang pada tahun 1954. Dan China kemungkinan juga menyalin teknologi pesawat tanpa awak dari Amerika Serikat dan produsen lainnya.
 
“Singkat cerita, baik militer China dan industri pertahanan China tergantung pada teknologi Barat dan Rusia yang, mungkin setengah generasi lebih tua. Prestasi sentral China adalah pada arsitektur; sistem konfigurasi ulang dan komponen untuk memproduksi lebih banyak senjata mematikan. China memiliki rudal jelajah dan rudal balistik di gudang merka yang menjadi saksi dari keberhasilan pendekatan ini,” tulis Robert Farley di The Diplomat, Selasa 8 Maret 2016.

Berharap Pada J-20 & J-31


J-20 dan J-31 memiliki kesempatan untuk mengubah itu. Meskipun bukti bahwa kedua pesawat tergantung pada informasi yang diperoleh dari Amerika Serikat, mereka masing-masing muncul untuk mewakili terobosan rekayasa yang signifikan dari industri penerbangan China.

Mmereka memiliki potensi untuk melontarkan prestasi kedirgantaraan China  dari Rusia, dan untuk beberapa derajat Eropa (meskipun Rafale dan Typhoon merupakan prestasi yang belum bisa disamai China). J-20 dan J-31 kemungkinan akan baik masuk operasional sebelum baik KFX atau F-3  Korea Selatan masuk layanan.

Tapi sementara Korea dan Jepang telah memperoleh teknologi AS melalui cara yang lebih halal dari China, mereka masih membutuhkan bantuan asing. Dan ini mungkin pelajaran yang paling penting; sistem inovasi nasional China hampir membutuhkan akses ke teknologi asing.

Di setiap kompleks industri militer di dunia membutuhkan secara teratur suntikan teknologi yang tersedia di pasar internasional. Sanksi dan kontrol ekspor mencegah China untuk bisa mengakses pasar seperti yang bisa dilakukan Korea Selatan, Jepang, India, atau negara Eropa. Dalam konteks ini, spionase industri tidak akan mampu menyamainya.

Senin, 07 Maret 2016

Inggris Siapkan Dana Tambahan Rp12,2 Trilun untuk Kapal Selam Nukli


Pemerintah Inggris akan menghabiskan dana tambahan US$905 juta atau sekitar Rp12,2 triliun pada program kapal selam nuklirnya. Menteri Pertahanan Inggris Michael Fallon mengumumkan rencana anggaran itu pada Jumat 4 Maret 2016.

Menurut Fallon, dana tambahan akan digunakan untuk mendukung pembangunan fasilitas baru dan pembelian suku cadang kapal selam, serta pengembangan kapal selam baru yang menggantikan kapal selam kelas Vanguard milik Angkatan Laut Inggris.

Sebuah bagian penting dari pendanaan ini yakni sekitar US$317 juta  akan dihabiskan untuk fasilitas baru di BAE Systems di Barrow-in-Furness, Inggris, di mana kapal selam akan dirakit.

Selain itu juga akan menjadi investasi yang signifikan dalam pengembangan dan penelitian kolaborasi Inggris Amerika yang dikenal sebagai ‘Common Missile Compartment’, sistem peluncur terpadu untuk rudal balistik baru yang akan menggantikan rudal Trident II / D5 yang saat ini digunakan oleh Inggris dan Amerika Serikat.

Menanggapi kritikan anggota Partai Buruh yang menyebut kapal selam Inggris akan rentan dengan drone bawah laut meski sudah dibangun baru, Fallon dengan sinis mengatakan: “Katakan itu pada orang Amerika, Rusia, dan Cina yang semua modernisasi kapal selam bersenjata nuklir mereka,” kata Fallon sebagaimana dikutip The Guardian.

Posisi Partai Buruh pada senjata nuklir umumnya negatif, karena mereka melihat seluruh konsep sebagai simbol politik yang sangat mahal yang tidak akan pernah digunakan.

Sejumlah negara memang terus mengembangkan kekuatan kapal selam mereka. Pada tahun 2015, Rusia telah meluncurkan dua program kapal selam yakni Proyek 877/636, yang dipersenjatai dengan rudal jelajah Kalibr (Penunjukan NATO “Sizzler”), yang mampu membawa hulu ledak nuklir, sementara dua lagi dijadwalkan untuk diluncurkan pada tahun 2016, yang akan membuat total enam kapal. Proyek 877/636 dijuluki sebagai kapal selam ‘Black Hole’ karena sulit dideteksi.

Sedangkan China juga dilaporkan meluncurkan kapal selam nuklir kelas Jin baru selama 2015. Menurut sejumlah sumber Angkatan Laut China memiliki 4-8 kapal selam ini.

NATO Diam-Diam Akui Efektivitas Serangan Rusia di Suriah


Meski selama ini kerap mengkritik Rusia melakukan serangan salah sasaran di Suriah, NATO diam-diam mengakui efektivitas serangan udara yang dilakukan jet-jet tempur Moskow. Hal itu terungkap dalam sebuah laporan rahasia milik NATO yang bocor ke media.

Dikutip oleh media Jerman Fokus Online Minggu 6 Maret 2016, dalam laporan tersebut analitis NATO telah mengakui keunggulan Rusia dibandingkan pasukan aliansi dalam hal “akurasi dan efisiensi” serangan udara.

Focus Online mengutip laporan rahasia itu menyebutkan NATO juga mengakui tingginya tingkat profesionalisme militer Rusia. NATO mencatat jumlah pesawat tempur yang dikerahkan Rusia ke Suriah jauh di bawah kekuatan yang digunakan NATO. Namun frekuensi yang lebih tinggi dari serangan udara Rusia membuat mereka lebih efektif.

Dokumen rahasia juga menyatakan bahwa 40 pesawat tempur Rusia yang ditempatkan di pangkalan Rusia di Latakia melakukan hingga 75 sorti setiap hari, setiap kali terbang melakukan serangan udara “yang akurat dan efisien”. Sementara pasukan NATO, yang memiliki 180 jet tempur hanya mampu memukul hanya 20 target per hari.

Laporan juga mengatakan bahwa Rusia menggunakan pesawat tempur yang lebih maju di Suriah seperti pesawat tempur SU-35.

Selain itu, Moskow juga menggunakan data yang disediakan oleh intelijen udara Suriah, ditambah pasukan khusus Rusia memberikan informasi objek strategis penting di tanah untuk Angkatan Udara Rusia.

CF-18: Goodbye ISIS!


Pasukan Kanada melakukan transisi misi udara mereka di Irak atau Air Task Force-Iraq. Transisi yang digelar melalui sebuah upacara di Kuwait pada Sabtu 5 Maret 2016 ini sekaligus sebagai akhir peran jet tempur CF-18 Hornet mereka dalam misi koalisi anti-ISIS.

Letnan Jenderal Michael Hood, Komandan Angkatan Udara Kanada, memimpin parade, untuk memperingati kontribusi dari semua anggota Pasukan Kanada yang telah dikerahkan dalam melakukan dan mendukung operasi udara sejak awal Operasi IMPACT.

Air Task Force-Irak akan terus beroperasi dengan dua jenis pesawat untuk mendukung operasi udara koalisi. Dua pesawat tersebut adalah CC-150T Polaris untuk pengisian bahan bakar di udara dan dua CP-140 Aurora untuk melakukan misi intelijen, pengawasan, dan pengintaian.

Seperti yang disampaikan pemerintah Kanada sebelumnya CF-18 Hornet akan menghentikan beroperasi serangan udara pada 15 Februari. Mereka akan meninggalkan wilayah itu dalam beberapa hari setelah tanggal tersebut.

Kanada masih akan memiliki sedikit lebih dari 800 personel yang terlibat dalam perang melawan ISIS. Beberapa pasukan khusus di dekat garis depan, yang lain aircrew dan staf pemeliharaan, yang lain akan memberikan pelatihan medis, analisis intelijen, dll

Kepala Staf Pertahanan Jenderal Kanada Jon Vance dan pemerintah Liberal telah berusaha keras untuk menunjukkan bahwa kegiatan ini tidak sebagai misi tempur. Hal ini karena anggota parlemen oposisi dan anggota masyarakat tidak setuju dengan masih adanya personel Kanada di wilayah tersebut..

Eropa Kian Nge-Drone


Spanyol telah memerintahkan empat pesawat tanpa awak atau drone MQ-9 Reaper dan akan bergabung dengan Inggris, Prancis, Italia dan Belanda sebagai pelanggan ekspor terbaru dari drone yang memiliki berat 4,7 ton, panjang 11,6 meter dan lebar sayap 21,3 meteran ini. Reaper jauh lebih besar dibandingkan pendahulunya MQ-1 Predator

Dengan memiliki enam titik cantelan dan dapat membawa beban senjata 682 kg, bahan bakar lebih banyak atau sensor tambahan. Drone ini bisa membawa sejumlah senjata termasuk rudal Hellfire (hingga delapan), dua Sidewinder atau dua rudal udara ke udara AMRAAM, dua rudal Maverick, atau dua 227 kg (500 pon) bom pintar (dipandu laser atau GPS.) Kecepatan Max adalah 400 kilometer per jam , dan ketahanan terbang maksimal 15 jam.

Spanyol, meski membeli versi bersenjata dari MQ-9 akan lebih menggunakannya dalam misi pengawasan. Senjata-senjata akan diganti dengan sensor yang lebih banyak atau bahan bakar tambahan.

Reaper dirancang menjadi pesawat tempur, yang bisa menggantikan beberapa fungsi dari F-16 atau A-10 atau pesawat pembom tempur Eropa. Inggris, Perancis, Italia dan Amerika Serikat telah mendirikan MQ-9 RUG (Reaper Users Group) pada tahun 2015 untuk memudahkan pengguna MQ-9 saat ini dan masa depan untuk cepat berbagi informasi tentang pemeliharaan, taktik dan operasi secara umum.  Hal ini akan memungkinkan ide-ide baru untuk semua pengguna MQ-9.

Sementara produsen Reaper berfungsi sebagai clearing house dan sumber yang sama untuk informasi pemeliharaan bagi negara-negara pengguna seperti pesawat pada umumnya.

Kelompok pengguna baru menyebar informasi seperti itu segera melalui suatu bentuk komunikasi yang aman, seperti versi terenkripsi dari Internet AS Departemen Pertahanan telah menggunakan selama lebih dari satu dekade.

RUG dibangun karena semua pengguna saat ini dan yang akan datang kemungkinan besar adalah anggota NATO. Itu berarti para anggota RUG sudah memiliki pengaturan untuk berbagi informasi rahasia dan data teknis secara umum. AS baru-baru mengurangi pembatasan ekspor di mana Reaper dapat diekspor sehingga pengguna Reaper masa depan tidak akan secara otomatis akan diundang untuk bergabung.

Ada masalah di sana karena banyak kompleks sistem militer Amerika lainnya yang banyak diekspor memiliki kelompok formal dan / atau pengguna informal. Dengan internet yang tidak dapat dihindari. Tapi dengan kelompok pengguna resmi Anda dapat dengan bebas bertukar segala sesuatu dan ketika datang ke ujung yang berguna dari orang-orang dengan pengalaman tempur, ini bisa menjadi masalah hidup atau mati.

Tetapi dengan masuknya Spanyol yang kemungkinan juga akan bergabung dengan RUG, maka Eropa akan semakin berada dalam jaringan drone.

Apa Iya Rusia Bisa Mengalahkan NATO?

Meski angkatan bersenjata Rusia telah menurun sekitar 80 persen sejak Perang Dingin, Moskow saat ini sedang menjalankan kampanye, terutama melalui media massa dan internet yang menggambarkan Rusia mampu memberimancaman militer besar ke Barat.

Tetapi benarkah memang demikian? Mari kita bahas dengan data yang ada tanpa memihak pada siapapun. Sekali lagi ini hanya berdasarkan data yang ada.

Rusia disebut-sebut telah mampu mempercundangi NATO, musuh mereka era Perang Dingin.
Hal yang kerap tidak dimunculkan dalam pembicaraan adalah kekuatan militer Rusia menyusut hingga 80 persen sejak tahun 1990-an. Lebih buruk lagi negara NATO juga telah mengganti atau meningkatkan banyak peralatan tua dan usang mereka setelah 1991

Pada titik sekarang ini NATO memiliki empat kali lebih banyak dibanding tentara Rusia.
Sampai tahun 1991 Rusia memiliki tentara dua kali lipat dibanding NATO. Fakta yang juga tidak boleh diabaikan adalah kenyataan bahwa belanja militer negara-negara NATO mencapai hampir 60 persen dari seluruh belanja militer di planet ini, sekitar sepuluh kali yang dihabiskan Rusia.

Harus digarisbawahi juga masalah besar yang dihadapi Rusia adalah untuk menggantikan senjata penuaan setelah tahun 1991. Rusia sedang berusaha untuk memperbaiki hal itu tetapi kemudian harga minyak runtuh hingga lebih dari 70 persen. Sementara minyak adalah sumber penghasilan terbesar Rusia.Kemudian ada sanksi ekonomi yang diberikan setelah krisis Ukraina. Mau ditutupi kaya apa, sanksi ekonomi ini jelas membawa persoalan bagi Rusia.

Sampai tahun 1991 Rusia memang ancaman yang sangat nyata untuk tetangganya (terutama negara-negara NATO Eropa). Itu tidak lagi terjadi meskipun Rusia adalah ancaman bagi anggota baru NATO di Eropa Timur, tetapi hanya jika mereka ingin mengambil risiko besar berperang dengan NATO.
Ancaman Perang Dingin yang masih dipertahankan Rusia adalah kemampuan senjata nuklir yang meski berkurang tapi masih ampuh. Ini, bagaimanapun, masih merupakan solusi kiamat jika digunakan. Rusia mungkin akan bisa menyerang dengan nuklir entah ke Amerika atau ke Eropa, tetapi pembalasan pasti akan datang.

Target yang paling mungkin untuk invasi Rusia adalah tiga negara kecil (Lithuania, Latvia dan Estonia) di pantai selatan Laut Baltik yang terletak antara Rusia dan Polandia. Pada abad ke-18 negara-negara Baltik dipaksa masuk ke dalam kekaisaran Rusia. Mereka merdeka setelah Perang Dunia I (1914-1918) tetapi diambil alih lagi pada tahun 1940. Tidak sampai 1991 bahwa negara-negara Baltik kembali memerdekakan diri.

Pasukan yang didukung Rusia di Ukraina juga mempertahankan posisi mereka dan umumnya mengamati gencatan senjata dengan tidak membuat langkah besar. Hal ini terutama karena masalah ekonomi Rusia dan kebutuhan untuk mengalihkan perhatian militer ke Suriah. Rusia bisa lebih kuat di Ukraina karena Ukraina sendiri juga menderita masalah ekonomi dan politik lebih parah dibanding Rusia.

Korupsi telah menjadi masalah besar di Ukraina sejak 1991 (dan sebelumnya). Perang dan sanksi ekonomi oleh Rusia, membuat PDB Ukraina menyusut 10 persen pada tahun 2015. Jadi apa iya Rusia benar-benar bisa mengalahkan NATO?

Ledakan dari Masa Lalu: Tu-160M2 akan Jadi Penerus Keangkeran Soviet


Rusia berencana untuk membuat penerbangan pertama bomber supersonic upgraded Tu-160 di tahun 2019. Moskow saat ini memiliki 16 dari versi bomber 2.0 Mach ini dari sekitar 35 pesawat yang dibangun oleh Uni Soviet. Moskow berharap untuk membangun 50 Tu-160M2 baru untuk meng-upgrade kekuatan pembom strategis mereka yang mulai tua.

“Saya percaya bahwa tahun 2019 pesawat upgrade diproduksi, akan membuat penerbangan perdananya,” kata komandan Pasukan Aerospace Rusia Jenderal Viktor Bondarev kepada TASS News Agency pada 2 Maret 2016.

Rusia membuat keputusan untuk memperpanjang waktu pengembangan Tupolev PAK-DA dan menghidupkan lagi garis produksi Tu-160M2 pada tahun 2015. Seri produksi baru varian Blackjack akan dimulai pada 2023.

Menurut Wakil Menteri Pertahanan Rusia Yuri Borisov Tu-160M2 secara fundamental akan ditingkatkan dengan sistem misi yang benar-benar baru dan sejumlah perbaikan lainnya. “Ini akan menjadi pesawat yang pada dasarnya baru, bukan Tu-160 tapi Tu-160M2,” kata Borisov beberapa waktu lalu.

Rincian pada sifat yang tepat dari upgrade Tu-160M2 masih langka. Tetapi upgrade besar hampir pasti akan difokuskan pada suite avionik pembom. Bomber ini akan muncul sebagai penerus dari keangkeran Soviet. Ketika Soviet membangun Tu-160, bomber ini langsung membuat negara-negara Barat berpikir keras untuk mencari cara melawannya.

Radio-Electronic Technologies Concern (KRET) Rusia bekerja pada pengembangan avionik baru untuk Tu-160M2. “Hari ini kita dapat mengatakan dengan keyakinan bahwa pesawat baru akan dibangun dengan menggunakan unsur-unsur avionik modular terintegrasi,” kata perusahaan milik negara itu. “Dalam proyek untuk memodernisasi Tu-160, Kret akan menciptakan sistem on-board baru, kontrol, sistem navigasi inersia, kompleks peperangan elektronik, sistem pemantauan penggunaan bahan bakar, serta sistem kontrol senjata.”

Beberapa avionik baru bisa menemukan jalan mereka ke PAK-DA, yang sedang dikembangkan secara paralel dengan Tu-160M2. “Dimulainya kembali produksi Tu-160 akan memobilisasi semua penelitian dan fasilitas manufaktur keprihatinan di daerah ini dan menciptakan sebuah ideologi untuk pendekatan fundamental baru yang akan dilaksanakan dalam rangka proyek PAK-DA,” lanjut KRET lagi.

Meski disebut pesawat baru, Tu-160M2 tetap akan mempertahankan misi aslinya sebagai pencegahan nuklir. Berbeda dengan bomber siluman Northrop Grumman B-2 atau bomber masa depan B-21, bomber Rusia terutama bergantung pada kombinasi kecepatan dan rudal jelajah nuklir untuk menghancurkan musuh. Belum tahu apakah doktrin ini juga akan digunakan pada PAK-DA mengingat dia disebut-sebut sebagai bomber siluman.