United Aircraft Corporation (UAC) mengharapkan untuk menandatangani
kontrak dengan Angkatan Aerospace Rusia untuk memulai produksi serial
dari T-50 pada musim gugur tahun ini dan pengiriman pesawat tempur
siluman baru akan dimulai pada tahun 2017.
Kementerian Pertahanan Rusia diharapkan melakukan pembelian awal
hanya selusin T-50 untuk pengujian operasional sebelum Moskow
berkomitmen untuk membeli lebih banyak jet tempur siluman baru yang
mahal ini.
Ada banyak spekulasi kenapa Rusia memotong rencana pembelian. Pertama karena ekonomi Rusia masih ada dalam tekanan berat akibat rendahnya harga minyak dan sanksi. Kedua karena masih ada keraguan tentang kemampuan pesawat tersebut.
Masalah yang masih mengganjal dan belum mendapat solusi cepat adalah pada sistem propulsi pesawat. Awalnya, T-50 akan masuk ke layanan terbatas dengan didukung oleh sepasang mesin Saturn Izdeliye 117 atau yang juga dikenals ebagai turbofan AL-41F1 afterburning yang mampu mengehentakkan daya dorong 31,967lb (142kN). AL-41F1 adalah versi ekstensif dimodernisasi dari AL-31FP yang diinstal di Su-27 dan Su-30 Flanker yang kemudian dikembangkan menjadi generasai terbaru Flanker, Su-35S Flanker-E.
Meski AL-41F1 adalah mesin yang cocok untuk Flanker-E, tetapi telah terbukti kurang memuaskan untuk digunakan di pesawat tempur generasi kelima. Menurut sumber Rusia, meskipun AL-41F1 menyediakan daya dorong cukup untuk kemampuan jelajah supersonik berkelanjutan tetapi tidak memenuhi persyaratan Pasukan Aerospace Rusia untuk thrust-to-weight ratio atau efisiensi bahan bakar.
Rusia memang hanya akan menggunakan AL-41F1 sebagai mesin interim. Saturnus saat ini sedang mengembangkan mesin kelas 40,000lbs yang disebut Izdeliye 30, yang dimaksudkan untuk menjadi powerplant definitif pesawat tempur ini.
Namun, Rusia menghadapi jalan yang penuh tantangan dalam mengembangkan Izdeliye 30. Izvestia melaporkan bahwa T-50 hanya akan menerima mesin baru antara tahun 2025 dan 2027. Sebagian besar masalah berasal dari malaise pasca-Soviet Rusia pada 1990-an ketika teknologi pembangunan secara efektif terhenti karena pendanaan menguap.
Namun, pengembangan mesin adalah aspek yang paling kompleks dan menantang secara teknis dalam mengembangkan pesawat tempur baru. Pelajaran yang juga bisa diambil dari pengalaman Amerika Serikat selama mengembangkan Grumman F-14 Tomcat dan McDonnell Douglas (sekarang Boeing) F-15 Eagle pada 1970-an. Untuk mengatasi masalah tersebut, Pentagon memulai pekerjaan pembangunan pada F119 dan General Electric YF120 untuk bersaing sebelum memulai pengembangan Lockheed Martin F-22 Raptor.
Tapi pengalaman baru-baru ini telah menunjukkan, desain mesin yang bahkan relatif matang dapat menemukan masalah ketika sedang diadaptasi untuk aplikasi yang berbeda. Salah satu contoh saat Pratt & Whitney F135 yang berasal dari pengembangan F119 yang digunakan F-22 untuk digunakan pada Lockheed Martin F-35 Joint Strike Fighter. F135 memiliki masalah dengan afterburner dan turbin bilah yang mengakibatkan kebakaran mesin 2014 lalu.
Ada banyak spekulasi kenapa Rusia memotong rencana pembelian. Pertama karena ekonomi Rusia masih ada dalam tekanan berat akibat rendahnya harga minyak dan sanksi. Kedua karena masih ada keraguan tentang kemampuan pesawat tersebut.
Masalah yang masih mengganjal dan belum mendapat solusi cepat adalah pada sistem propulsi pesawat. Awalnya, T-50 akan masuk ke layanan terbatas dengan didukung oleh sepasang mesin Saturn Izdeliye 117 atau yang juga dikenals ebagai turbofan AL-41F1 afterburning yang mampu mengehentakkan daya dorong 31,967lb (142kN). AL-41F1 adalah versi ekstensif dimodernisasi dari AL-31FP yang diinstal di Su-27 dan Su-30 Flanker yang kemudian dikembangkan menjadi generasai terbaru Flanker, Su-35S Flanker-E.
Meski AL-41F1 adalah mesin yang cocok untuk Flanker-E, tetapi telah terbukti kurang memuaskan untuk digunakan di pesawat tempur generasi kelima. Menurut sumber Rusia, meskipun AL-41F1 menyediakan daya dorong cukup untuk kemampuan jelajah supersonik berkelanjutan tetapi tidak memenuhi persyaratan Pasukan Aerospace Rusia untuk thrust-to-weight ratio atau efisiensi bahan bakar.
Rusia memang hanya akan menggunakan AL-41F1 sebagai mesin interim. Saturnus saat ini sedang mengembangkan mesin kelas 40,000lbs yang disebut Izdeliye 30, yang dimaksudkan untuk menjadi powerplant definitif pesawat tempur ini.
Namun, Rusia menghadapi jalan yang penuh tantangan dalam mengembangkan Izdeliye 30. Izvestia melaporkan bahwa T-50 hanya akan menerima mesin baru antara tahun 2025 dan 2027. Sebagian besar masalah berasal dari malaise pasca-Soviet Rusia pada 1990-an ketika teknologi pembangunan secara efektif terhenti karena pendanaan menguap.
Namun, pengembangan mesin adalah aspek yang paling kompleks dan menantang secara teknis dalam mengembangkan pesawat tempur baru. Pelajaran yang juga bisa diambil dari pengalaman Amerika Serikat selama mengembangkan Grumman F-14 Tomcat dan McDonnell Douglas (sekarang Boeing) F-15 Eagle pada 1970-an. Untuk mengatasi masalah tersebut, Pentagon memulai pekerjaan pembangunan pada F119 dan General Electric YF120 untuk bersaing sebelum memulai pengembangan Lockheed Martin F-22 Raptor.
Tapi pengalaman baru-baru ini telah menunjukkan, desain mesin yang bahkan relatif matang dapat menemukan masalah ketika sedang diadaptasi untuk aplikasi yang berbeda. Salah satu contoh saat Pratt & Whitney F135 yang berasal dari pengembangan F119 yang digunakan F-22 untuk digunakan pada Lockheed Martin F-35 Joint Strike Fighter. F135 memiliki masalah dengan afterburner dan turbin bilah yang mengakibatkan kebakaran mesin 2014 lalu.
0 komentar:
Posting Komentar