Angkatan Udara Korea Selatan berencana mengakuisisi dua pesawat
peringatan dini dan kontrol (AEW & C) E-737 Peace Eye untuk
meningkatkan kemampuan pengawasan udara mereka.
Langkah ini akan meningkatkan jumlah E-737 menjadi enam dan memberikan Angkatan Udara kesadaran situasional yang lebih baik, kemampuan yang lebih besar untuk mengumpulkan sinyal intelijen dan kontrol yang lebih baik pada aset udaranya. Kehadiran pesawat dapat bertindak sebagai pencegahan terhadap Utara yang tidak memiliki platform yang sama.
E-737 juga dapat memberikan Seoul kemampuan untuk lebih mengatur dan melindungi zona identifikasi Pertahanan Udara Korea dari semua penyusup di tengah negara-negara di Asia Timur Laut yang mulai berlomba-lomba untuk lebih efektif mengelola wilayah udara mereka menghadapi ancaman keamanan.
“Di masa lalu hanya ada spekulasi tentang peningkatan ukuran armada AEW & C, tapi kini telah ‘dikonfirmasi’ untuk menjadi bagian dari rencana akuisisi jangka panjang,” kata sumber pemerintahan yang menolak disebutkan namanya sebagaimana dikutip Korean Times dari Kantor Berita Yonhap Minggu 9 Oktober 2016.
Sumber ini tidak memberikan waktu pengadaan tapi rencana jangka panjang biasanya membutuhkan waktu lima tahun untuk mendapatkan anggaran yang diperlukan untuk memulai proyek.
“Dimasukkannya pengadaan adalah tanda yang jelas bahwa militer menginginkan pesawat,” katanya.
Langkah itu diambil di tengah ketegangan antar-Korea yang semakin berkobar setelah uji coba nuklir kelima Korea Utara pada 9 September dan ancaman untuk meluncurkan serangan preemptive terhadap Korea Selatan dan Amerika Serikat.
E-737 yang lebih banyak akan membuat lebih mudah bagi Seoul untuk menjaga pesawat tersebut di udara lebih lama bahkan jika mereka harus menjalani perawatan rutin.
Korea Selatan menerima Peace Eye pertama pada bulan September 2011, dengan pesawat keempat dikerahkan pada bulan Oktober tahun berikutnya.
Pesawat-pesawat ini menggunakan radar active electronically scaned array L-band yang ditempatkan pada punggung pesawat yang dapat memindai 360 derajat dan mendeteksi lebih dari 1.000 target udara secara bersamaan serta pencarian target laut.
Pesawat didasarkan pada jet penumpang B-737 dapat terbang selama 10 jam dan sangat efektif dalam mendeteksi pesawat yang terbang rendah yang mungkin mencoba untuk menembus wilayah udara Korea Selatan dengan mengambil keuntungan wilayah Korea yang banyak terdapat pegunungan.
Selain Korea Selatan, Australia dan Turki menggunakan E-737 sebagai pesawat peringatan dini dan kontrol pesawat serta platform manajemen medan perang.
Langkah ini akan meningkatkan jumlah E-737 menjadi enam dan memberikan Angkatan Udara kesadaran situasional yang lebih baik, kemampuan yang lebih besar untuk mengumpulkan sinyal intelijen dan kontrol yang lebih baik pada aset udaranya. Kehadiran pesawat dapat bertindak sebagai pencegahan terhadap Utara yang tidak memiliki platform yang sama.
E-737 juga dapat memberikan Seoul kemampuan untuk lebih mengatur dan melindungi zona identifikasi Pertahanan Udara Korea dari semua penyusup di tengah negara-negara di Asia Timur Laut yang mulai berlomba-lomba untuk lebih efektif mengelola wilayah udara mereka menghadapi ancaman keamanan.
“Di masa lalu hanya ada spekulasi tentang peningkatan ukuran armada AEW & C, tapi kini telah ‘dikonfirmasi’ untuk menjadi bagian dari rencana akuisisi jangka panjang,” kata sumber pemerintahan yang menolak disebutkan namanya sebagaimana dikutip Korean Times dari Kantor Berita Yonhap Minggu 9 Oktober 2016.
Sumber ini tidak memberikan waktu pengadaan tapi rencana jangka panjang biasanya membutuhkan waktu lima tahun untuk mendapatkan anggaran yang diperlukan untuk memulai proyek.
“Dimasukkannya pengadaan adalah tanda yang jelas bahwa militer menginginkan pesawat,” katanya.
Langkah itu diambil di tengah ketegangan antar-Korea yang semakin berkobar setelah uji coba nuklir kelima Korea Utara pada 9 September dan ancaman untuk meluncurkan serangan preemptive terhadap Korea Selatan dan Amerika Serikat.
E-737 yang lebih banyak akan membuat lebih mudah bagi Seoul untuk menjaga pesawat tersebut di udara lebih lama bahkan jika mereka harus menjalani perawatan rutin.
Korea Selatan menerima Peace Eye pertama pada bulan September 2011, dengan pesawat keempat dikerahkan pada bulan Oktober tahun berikutnya.
Pesawat-pesawat ini menggunakan radar active electronically scaned array L-band yang ditempatkan pada punggung pesawat yang dapat memindai 360 derajat dan mendeteksi lebih dari 1.000 target udara secara bersamaan serta pencarian target laut.
Pesawat didasarkan pada jet penumpang B-737 dapat terbang selama 10 jam dan sangat efektif dalam mendeteksi pesawat yang terbang rendah yang mungkin mencoba untuk menembus wilayah udara Korea Selatan dengan mengambil keuntungan wilayah Korea yang banyak terdapat pegunungan.
Selain Korea Selatan, Australia dan Turki menggunakan E-737 sebagai pesawat peringatan dini dan kontrol pesawat serta platform manajemen medan perang.
0 komentar:
Posting Komentar