Filipina sepertinya kebingungan dengan sikapnya sendiri. Setelah
Presiden Rodrigo Duterte mengumumkan berpisah dari Washington, kini
Manila menyatakan Amerika Serikat tetap “teman terdekat”.
Hal itu disampaikan Menteri Luar Negeri Perfecto Yasay. Namun dia mengatakan Manila ingin meninggalkan pola pikir ketergantungan dan sikap tunduk serta membina hubungan lebih dekat dengan negara lain.
Tanggapan Menteri Luar Negeri Perfecto Yasay dikeluarkan Sabtu atau dua hari sesudah Presiden Rodrigo Duterte mengumumkan berpisah dari Washington, meskipun ia melanjutkan dengan nada lebih menenangkan pada Jumat.
Yasay di Facebook menyatakan Duterte secara “salah” menyatakan bahwa memutuskan hubungan dengan Washington bukan kepentingan negaranya.
Namun, ia menulis bahwa pemisahan “menyiratkan melepaskan diri dari pola pikir lemah akan ketergantungan dan sikap tunduk, secara ekonomi dan militer, yang diabadikan Amerika Serikat dengan gambaran “adik coklat kami”, yang menghambat pertumbuhan dan kemajuan.
Ia menyatakan Duterte kepada Presiden Xi Jinping dan pemimpin lain China dalam kunjungannya ke Beijing mengatakan bahwa “jika mereka tidak bersedia memberikan dukungan, Filipina akan menentukan nasib sendiri, meskipun ada hambatan besar”.
Pernyataan Yasay itu adalah tanda terkini pemerintahan, yang sekali lagi meredakan sesudah pernyataan mencengankan Duterte, yang jika dilaksanakan dapat mengganggu keseimbangan geopolitik di kawasan tempat China dan Amerika Serikat berlomba merebut pengaruh.
Pada Jumat, manajer ekonomi Duterte segera memperjelas bahwa Filipina tidak memutus hubungan ekonomi dan dagang dengan Amerika Serikat.
Sebelum Duterte menjabat pada akhir Juni, China adalah pesaing kuat Filipina dan Manila adalah salah satu sekutu Asia paling diandalkan Washington.
Upaya Duterte melibatkan China, beberapa bulan sesudah pengadilan di Denhaag memutuskan bahwa Beijing tidak memiliki sejarah hak atas Laut China Selatan dalam perkara bawaan pemerintah sebelumnya di Manila, menandai pembalikan kebijakan luar negeri sejak mantan walikota berusia 71 tahun itu menjabat pada 30 Juni.
“Itu bukan pemutusan hubungan. Ketika mengatakan pemutusan hubungan, Anda memutuskan hubungan diplomatik. Saya tidak bisa melakukan itu,” kata Duterte kepada wartawan pada jumpa pers tengah malam di Davao, kota asalnya di Filipina selatan, setelah tiba dari perjalanan empat hari ke Beijing.
Poros mendadak Duterte dari Washington ke Beijing tidak sepenuhnya disukai di dalam negerinya. Pada Selasa, jajak pendapat menunjukkan bahwa warga Filipina masih lebih percaya kepada Amerika Serikat daripada kepada China.
Hal itu disampaikan Menteri Luar Negeri Perfecto Yasay. Namun dia mengatakan Manila ingin meninggalkan pola pikir ketergantungan dan sikap tunduk serta membina hubungan lebih dekat dengan negara lain.
Tanggapan Menteri Luar Negeri Perfecto Yasay dikeluarkan Sabtu atau dua hari sesudah Presiden Rodrigo Duterte mengumumkan berpisah dari Washington, meskipun ia melanjutkan dengan nada lebih menenangkan pada Jumat.
Yasay di Facebook menyatakan Duterte secara “salah” menyatakan bahwa memutuskan hubungan dengan Washington bukan kepentingan negaranya.
Namun, ia menulis bahwa pemisahan “menyiratkan melepaskan diri dari pola pikir lemah akan ketergantungan dan sikap tunduk, secara ekonomi dan militer, yang diabadikan Amerika Serikat dengan gambaran “adik coklat kami”, yang menghambat pertumbuhan dan kemajuan.
Ia menyatakan Duterte kepada Presiden Xi Jinping dan pemimpin lain China dalam kunjungannya ke Beijing mengatakan bahwa “jika mereka tidak bersedia memberikan dukungan, Filipina akan menentukan nasib sendiri, meskipun ada hambatan besar”.
Pernyataan Yasay itu adalah tanda terkini pemerintahan, yang sekali lagi meredakan sesudah pernyataan mencengankan Duterte, yang jika dilaksanakan dapat mengganggu keseimbangan geopolitik di kawasan tempat China dan Amerika Serikat berlomba merebut pengaruh.
Pada Jumat, manajer ekonomi Duterte segera memperjelas bahwa Filipina tidak memutus hubungan ekonomi dan dagang dengan Amerika Serikat.
Sebelum Duterte menjabat pada akhir Juni, China adalah pesaing kuat Filipina dan Manila adalah salah satu sekutu Asia paling diandalkan Washington.
Upaya Duterte melibatkan China, beberapa bulan sesudah pengadilan di Denhaag memutuskan bahwa Beijing tidak memiliki sejarah hak atas Laut China Selatan dalam perkara bawaan pemerintah sebelumnya di Manila, menandai pembalikan kebijakan luar negeri sejak mantan walikota berusia 71 tahun itu menjabat pada 30 Juni.
“Itu bukan pemutusan hubungan. Ketika mengatakan pemutusan hubungan, Anda memutuskan hubungan diplomatik. Saya tidak bisa melakukan itu,” kata Duterte kepada wartawan pada jumpa pers tengah malam di Davao, kota asalnya di Filipina selatan, setelah tiba dari perjalanan empat hari ke Beijing.
Poros mendadak Duterte dari Washington ke Beijing tidak sepenuhnya disukai di dalam negerinya. Pada Selasa, jajak pendapat menunjukkan bahwa warga Filipina masih lebih percaya kepada Amerika Serikat daripada kepada China.
0 komentar:
Posting Komentar